Ahad 21 Jul 2013 16:49 WIB

Pengamat: Ical Tidak Miliki Daya Pesona

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Nidia Zuraya
Aburizal Bakrie
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Aburizal Bakrie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar mengusung ketua umumnya, Aburizal Bakrie (Ical), sebagai calon presiden (capres) pada 2014. Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti meragukan pencapresan Ical.

Menurut Ray, kekuatan Ical bukan pada pribadinya. Melainkan, lebih kepada kekuatan partai. Persoalannya, ia mengatakan, ketika Golkar terus tumbuh, popularitas Ical tidak kunjung naik. "Ical tidak memiliki daya pesona di pasar pemilih. Kekuatan dia ada pada partai," kata Ray, saat dihubungi ROL, Ahad (21/7).

Ray berdasar pada hasil survey yang ada. Ia mengatakan, elektabilitas Ical tak jauh dari posisi lima atau enam. Menurut dia, posisi itu menunjukkan bagaimana mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu itu masih kalah populer dibanding nama lainnya yang disebut akan menjadi kandidat capres. Menurut Ray, akan sangat sulit bagi Ical selama setahun ke depan untuk bisa menduduki peringkat satu.

Menurut Ray, Ical berbeda dengan beberapa capres lainnya yang masuk dalam survey. Ia mengatakan, elektabilitas para pesaing Ical justru terbangun karena sisi pribadinya. Ia membandingkan Ical dengan sosok seperti Jokowi, Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, atau pun Jusuf Kalla. "Mereka itu karena ketokohannya. Kalau Ical ditopang suara partai," kata dia.

Ada beberapa alasan, menurut Ray, yang membuat Ical kurang populer di mata masyarakat. Ia menilai, prestasi Ical di dunia politik tidak terlalu dapat dibanggakan. Kemudian, Ical juga terganjal kasus Lapindo. Selain itu, Ray mengatakan,  orang kesulitan memisahkan sosok pengusaha yang melekat dalam diri Ical. "Ketika menjadi calon presiden, orang tidak bisa membedakan dan mengindependakan dia dari kepentingan bisnisnya. Itu cukup membuat dia tidak terlalu familiar," ujar Ray.

Melihat hal ini, Ray mengatakan, Golkar dan Ical harus bisa mencari ke luar sosok yang bisa mengarahkan suara jika masih bersikukuh mengusung Ical sebagai capres. Karena, ia mengatakan, permasalahan Golkar ada pada individu yang menarik suara.  Ia menyarankan, Ical untuk menggaet tokoh di luar partai, seperti tokoh independen atau tokoh agama. "Sekarang mencari tokoh yang bisa menarik simpati publik," kata dia.

Belakangan muncul kabar Ical tengah berusaha menggandeng Jokowi. Menurut Ray, sosok Gubernur DKI Jakarta itu memang masih menjadi magnet publik. Ia mengatakan, kabar pendekatan terhadap Jokowi itu memang bisa ikut menaikkan popularitas. Selain persoalan jadi atau tidak jadi, menurut Ray, langkah pendekatan itu sudah cukup penting. "Pamor sudah ikut terseret," kata dia.

Menurut Ray, sosok pendamping Ical akan penting dalam pemilihan umum 2014 nanti. Karena, ia mengatakan, kekuatan partai belum bisa menjadi jaminan. Di Indonesia, menurut Ray, partai yang meraih suara terbanyak bisa jadi capresnya akan mengalami nasib jeblok. Kondisi itu juga dapat terjadi sebaliknya dengan partai yang meraih suara rendah, tetapi capresnya justru naik daun.

Karena itu, Ray mengatakan, Golkar harus bisa mencari tokoh yang tepat sebagai pendamping Ical. Ia menilai, Golkar tentu akan berhati-hati menghadapi pemilu kali ini. Menurut Ray, Golkar tentu tidak ingin mengajukan calon sembarangan. Mengingat sudah pada tiga pemilu sebelumnya calon dari Golkar mengalami kegagalan. "Golkar tentu tidak mau sembrono mencalonkan orang yang potensi kalahnya besar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement