REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menerima hibah empat unit pesawat Hercules C-130 tipe H dari Australia. Masing-masing pesawat itu memiliki nomor ekor A97-001, A97-003, A97-006, dan A97-009. "Satu di antaranya, yaitu A97-006, siap dikirim ke Indonesia dalam waktu dekat. Sementara sisanya yang tiga unit lagi masih perlu diremajakan sebelum diterbangkan ke Tanah Air," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat (19/7).
Ia menuturkan, hibah empat unit pesawat ini tertuang dalam dokumen transfer of arrangement antara pemerintah Indonesia dan negeri kangguru yang ditandatangani pada 2 Juli 2012 di Darwin, Australia. Menurut rencana, semua pesawat tersebut sudah berada di Indonesia pada Desember 2014.
Setelah diremajakan, kata dia, pesawat tersebut diperkirakan mempunyai sisa usia pakai rata-rata 30 tahun. Estimasi ini diperoleh dengan asumsi setiap pesawat memiliki 300 jam per tahunnya.
Ia menambahkan, perawatan pesawat tersebut ke depannya bakal ditangani oleh Qantas Defence Service (QDS). Saat ini, perusahaan ini dikalim sebagai satu-satunya korporasi di Australia yang mempunyai kemampuan dalam mengerjakan pemeliharaan tingkat berat untuk pesawat C-130 H. "Mereka sudah berpengalaman 12 tahun dalam pekerjaan ini," imbuh Purnomo.
Sesuai kesepakatan kontrak antara Kementerian Pertahanan dan QDS, total biaya perawatan empat pesawat ini mencapai 63 juta dolar Australia atau setara dengan Rp 585 miliar. Harga yang harus dibayar pemerintah tersebut mencakup biaya pemeliharaan tingkat berat, biaya pilot dan pelatihan teknisi, biaya pemberangkatan tim inspeksi pengadaan ferry flight, technical representative, serta pengecatan pesawat.
Pascapenandatanganan kontrak tersebut, kata dia, agenda kementerian selanjutnya adalah melakukan pelatihan bagi para pilot dan kru pesawat lainnya di Australia. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan operasi pengangkutan pesawat-pesawat hibah tersebut dari negeri itu ke Indonesia.