Rabu 17 Jul 2013 22:57 WIB

Survei: Partai Agamis dan Nasionalis Kurang Diminati

Parpol/ilustrasi
Foto: antara
Parpol/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei Pusat Data Bersatu (PDB) merilis hasil survei yang menyebutkan partai agamis dan nasionalis kurang diminati atau kalah dibanding partai merakyat serta bebas korupsi.

"Publik menginginkan partai yang merakyat dan bebas dari korupsi. Publik kini tidak memperhatikan partai berlatar belakang ideologi agama dan nasionalis," kata Ketua PDB Didik J Rachbini saat menyampaikan hasil survei nasional PDB tahap kedua di Jakarta, Rabu (17/7).

Dia mengatakan hasil survei PDB yang dilaksanakan pada 11-18 Juni 2013 itu menunjukkan sebagian besar dari responden yang berjumlah 1.200 orang mengidamkan partai yang bersifat merakyat dan bebas korupsi.

Terdapat 45,13 persen responden yang mengharapkan partai bersifat merakyat. Menyusul di peringkat kedua adalah partai yang bersih dari korupsi sebanyak 39,83 persen.

Sementara itu, partai agamis hanya mendapatkan dukungan 6,15 persen, sedangkan partai berhaluan nasionalis didukung 4,27 persen publik. Didik mengatakan PDI Perjuangan dan Partai Golkar menjadi representasi partai merakyat serta bebas korupsi.

"Kedua partai itu memiliki tingkat elektabilitas di atas 10 persen karena sikap mereka yang kerap berlawanan dengan pemerintah meski Golkar tidak begitu muncul sebagai oposan. Selain itu, tokoh partai tersebut jarang tersangkut kasus korupsi," ujarnya.

Tingkat elektabilitas PDI Perjuangan berada di angka 14,53 persen dan Partai Golkar 14,1 persen. Sedangkan Partai Demokrat tercatat stagnan pada kisaran sembilan persen dalam rentang Januari-Juni 2013.

Saat ditanya mengenai mengapa PKS tidak mendapatkan persentase yang tinggi terkait sikap oposan mereka terhadap pemerintah, Didik mengatakan sikap PKS yang menentang kenaikan BBM bersubsidi tidak begitu berpengaruh.

"Skandal elit PKS lebih memiliki efek terhadap rendahnya minat publik untuk memberikan suaranya kepada partai tersebut, meskipun mereka beberapa kali menjadi oposan seperti saat menolak kenaikan BBM," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement