Kamis 04 Jul 2013 19:32 WIB

Perlu Pendidikan Mengenai Bencana di Sekolah

Sejumlah petugas penangggulangan bencana dan prajurit TNI mencari korban yang diduga masih tertimbun setelah terjadinya tanah longsor (ilustrasi).
Foto: Antara/Agus Bebeng
Sejumlah petugas penangggulangan bencana dan prajurit TNI mencari korban yang diduga masih tertimbun setelah terjadinya tanah longsor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Geodinamika dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Doktor Agustan memandang perlu adanya pendidikan mengenai bencana di sekolah untuk menyiapkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana.

"Masyarakat harus siap siaga menghadapi bencana. Kalau saat ini, baru sebagian yang siap menghadapi bencana," ujar Agustan di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, lanjut dia, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan, di samping diperlukan pendidikan mengenai bencana di sekolah formal, khususnya di daerah rawan bencana. "Misalnya, dijadikan muatan lokal," tambah dia.

Selain itu, dia juga meminta masyarakat untuk dapat bekerja sama dengan tidak mengambil alat pemantau yang dipasang oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Sebelumnya diwartakan, gempa bumi berkekuatan 6,2 skala Richter dengan kedalaman 10 kilometer terjadi di wilayah Aceh pada hari Selasa (2/7) pukul 14.37 WIB.

Pusat gempa di daratan berada 35 km barat daya Kabupaten Benermeriah atau 43 km tenggara Kabupaten Bireuen, atau 50 km barat laut Kabupaten Aceh Tengah. Gempa selama 15 detik hingga 45 detik dirasakan sangat kuat oleh warga Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis korban jiwa akibat gempa bumi di Bener Meriah dan Aceh Tengah mencapai 30 orang. Sebagian besar di antara mereka adalah lansia dan anak-anak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement