Jumat 07 Jun 2013 04:15 WIB

Nasib Kudapan Betawi di Jakarta Fair 2013

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Mansyur Faqih
Aneka kuliner betawi
Foto: Resto Satoo Hotel Shangri-la
Aneka kuliner betawi

REPUBLIKA.CO.ID, KEMAYORAN -- Arena Jakarta Fair 2013 hari itu dipenuhi ribuanan pengunjung yang memadati 1.280 stan penjualan. Beragam produk dijajakan di pameran terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Mulai dari minuman ringan, pakaian, buku, hingga peralatan otomotif. 

Kebanyakan dari produk yang ditampilkan di stan merupakan barang yang biasa kita lihat sehari-hari di televisi. Sejumlah SPG dengan dandanan cantik mencoba menarik perhatian pengunjung dengan menawarkan potongan harga pada produk yang mereka jual. 

Di antara keriuhan peserta pameran dan pengunjung, di sebuah sudut Jakarta Fair yang jauh dari keramaian, terselip sebuah stan yang menjajakan makanan khas Jakarta. Stan yang memiliki nama Persatuan Wanita Betawi tersebut memiliki luas 3x2 meter.

Uniknya, stan itu berbentuk seperti halaman rumah adat khas Betawi dengan dinding triplek bercat kuning. Lengkap dengan dua ondel-ondel di depannya. 

Stan tersebut menjual kudapan khas Betawi. Mulai dari soto tangkar, laksa betawi, kerak telor, nasi ulam, dan bir pletok. 

Yeti Adriati, pemilik stan mengaku rutin mengikuti Jakarta Fair setiap tahun. Bahkan, sejak pertama kali Jakarta Fair digelar pada 1967. 

Menurutnya, Persatuan Wanita Betawi (PWB) memang mendapatkan jatah stan dari pemerintah DKI Jakarta pada setiap penyelenggaraan Jakarta Fair. Kesempatan tersebut kemudian dimanfaatkan para anggota PWB untuk melakukan sosialisasi kudapan khas Betawi pada pengunjung yang datang ke pameran ini. 

"Kita di sini bukan semata-mata mencari untung, tapi untuk memperkenalkan budaya juga," ujar wanita Betawi yang ternyata kakak kandung dari Wagub Jawa Barat, Deddy Mizwar ini. 

Menurut dia, laksa betawi menjadi makanan yang paling banyak dicari pengunjung saat pameran. Makanan tersebut terdiri dari ketupat, bihun, kentang, telur, ayam, dan kemangi yang disiram kuah santan berwarna kuning. Seporsi laksa betawi dijual dengan harga Rp 20 ribu. 

"Satu hari paling banyak bisa habis 100 porsi," ujar wanita berusia 62 tahun ini. 

Dia mengaku, dalam sehari bisa mengantongi omzet hingga Rp 2 juta.    

Selain laksa, Yeti juga menjual minuman khas betawi, yaitu bir pletok. Minuman tersebut terbuat dari jahe, daun pandan wangi, serai, dan kayu secang. Meski dinamakan bir, minuman berwarna coklat ini tidak memabukan. 

Sebaliknya, minuman ini dipercaya berkhasiat memperlancar peredaran darah dan membuat tubuh senantiasa bugar. 

Menurut warga Kemayoran ini, penyelenggaraan Jakarta Fair dari tahun ke tahun cenderung sama. Tidak ada yang menonjolkan kebudayaan Betawi. Padahal, sebagai warga asli Betawi, dia sangat berharap Jakarta Fair dapat menyajikan kebudayaan asli Jakarta tersebut pada pengunjung yang hadir. 

Meski menjual makanan yang sudah jarang ditemui, stan itu justru terlihat sepi dari pengunjung. Bisa jadi karena letaknya yang kurang strategis. Yaitu berada di dalam area Gambir Expo, terpisah dari stan produk komersil lainnya.

Pengunjung Jakarta Fair justru terlihat lebih menggemari makanan modern, seperti sosis dan nugget. Terbukti dari ramainya stan yang menjual makanan olahan daging tersebut. 

Kudapan betawi yang harusnya berjaya di tanah sendiri kini seolah kalah pamor dengan makanan instan yang digemari tua muda itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement