REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Harga gabah di wilayah Karawang, masih cukup tinggi. Gabah dengan kondisi basah kualitas bagus, harganya mencapai Rp 400 ribu per kwintal, sedangkan gabah kering giling (GKG) antara Rp 460-470 ribu per kuintal.
Dengan harga yang tinggi ini, petani tak mengenal Bulog. Mereka lebih memilih menjual gabah ke tengkulak.
Ijam Sujana (48 tahun), petani asal Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Tempuran, mengatakan, area sawah di golongan air tiga sudah selesai panen. Akan tetapi, harga gabah tetap tinggi. Kondisi ini menguntungkan petani.
"Harga gabah saat ini di atas harga pembelian pemerintah (HPP), makanya kami tak mengenal Bulog," ujarnya, Kamis (6/6).
Harga gabah yang masih tinggi lanjut dia, sepertinya karena faktor panen yang tak merata. Biasanya, jika musim panen, harga gabah turun drastis.
Tapi, musim panen rendeng kemarin, harga gabah tetap stabil. Bahkan, cenderung lebih mahal dibanding musim rendeng tahun sebelumnya.
Ijam mengaku, sejak lama mayoritas petani di Karawang tak banyak mengenal Bulog. Jangankan saat harga gabah mahal, ketika harga gabah murahpun lembaga pemerintah itu tidak bersentuhan langsung dengan petani. Justru, petani lebih dekat dengan tengkulak.
"Kalau tengkulak itu suruhan Bulog, ya kami tidak tahu," jelasnya