REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan, Chatib Basri enggan berbicara banyak terkait waktu eksekusi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Namun, Chatib memastikan pemerintah akan menaikan harga BBM bersubsidi. "Saya tidak mau bicara mengenai waktu. Tapi intinya adalah BBM naik," ujar Chatib kepada Republika saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (4/6).
Menurut Chatib, kenaikan harga BBM jelas memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sebab, perlambatan konsumsi masyarakat akibat kenaikan indeks harga konsumen atau inflasi.
Pemerintah berpandangan kebijakan kenaikan harga BBM akan berdampak cukup signifikan pada kondisi perekonomian nasional. Hal tersebut disebabkan peningkatan inflasi.
Artinya, kenaikan harga premium Rp 2.000 per liter dan harga solar Rp 1.000 per liter, tingkat inflasi diperkirakan mencapai 7,2 persen. Dampak terbesar akan dirasakan oleh masyarakat miskin atau masyarakat berpenghasilan rendah.
Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar mengakui adanya persoalan tambahan jika harga BBM dinaikkan dalam waktu dekat. Sebab pada Juli mendatang, terdapat beberapa momen seperti tahun ajaran baru dan bulan suci ramadhan.
"Memang ini ada persoalan yang berpuluh-puluh kali kita hadapi. Kapan pun diputuskan pasti repot, tapi tidak diputuskan pun makin repot," kata Mahendra menjelaskan.