Rabu 22 May 2013 14:12 WIB

Mengaku Utusan LHI, Fathanah Paksa Masukkan Proposal ke Kementan

Rep: Irfan Fitrat/ Red: A.Syalaby Ichsan
Tersangka korupsi pengurusan impor daging sapi Ahmad Fathanah hadir dalam sidang kasus korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kuningan, Jakart, Jumat (17/5)
Foto: Republika/Prayogi
Tersangka korupsi pengurusan impor daging sapi Ahmad Fathanah hadir dalam sidang kasus korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kuningan, Jakart, Jumat (17/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahmad Fathanah pernah mendatangi pejabat di Kementerian Pertanian (Kementan). Tersangka kasus dugaan korupsi penambahan kuota impor daging sapi disebut mengaku utusan Ustaz Luthfi.

 

Keterangan itu muncul dari Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro. Ia menjadi salah satu saksi bagi terdakwa Direktur PT Indoguna Utama, Arya Abdi Effendy dan Juard Effendi.

Menurutnya, sekitar pertengahan November Ahmad Fathanah datang ke kantornya. "Dia mengatakan teman dan utusannya ustaz Luthfi," kata dia, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Rabu (22/5).

Saat ditanya mengenai nama Ustadz Luthfi Hasan yang disebut Fathanah, Syukur memang tidak mengetahuinya secara pasti.

Ia hanya mengetahui nama Luthfi Hasan Ishaaq sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Karena itu saat Fathanah menyebut utusan ustadz Luthfi, Syukur mengira itu sosok yang sama. "Prediksi saya itu Presiden PKS," ujar dia.

Menurut Syukur, kedatangan Fathanah  terkait dengan penambahan kuota impor daging. Namun pada saat itu, ia katakan, Fathanah tidak menyebut secara langsung PT Indoguna.

Syukur kemudian menolak permohonan tersebut karena tidak sesuai dengan prosedur seperti dalam Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 50/2011. Syukur sudah menjelaskan hal itu kepada Fathanah.

Fathanah ternyata tetap memaksa dengan untuk memberikan salinan surat permohonan penambahan kuota impor. Meskipun sudah menolak, Syukur akhirnya menerima surat tersebut karena terus dipaksa.

Setelah menerima surat itu, ia hanya menyimpannya. "Karena memaksa, saya taruh saja di atas meja. Tetapi tidak saya apa-apakan," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement