Kamis 09 May 2013 16:46 WIB

Boscha tak Ada Persiapan Khusus Sambut Gerhana Matahari Cincin

Rep: Lingga Permesti/ Red: Heri Ruslan
Gerhana Matahari Cincin.
Foto: TheAge
Gerhana Matahari Cincin.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Fenomena gerhana matahari terjadi pada Jumat (10/5) pagi. Beberapa wilayah mengalami Gerhana Matahari Cincin (GMC). Wilayah lainnya akan mengalami Gerhana Matahari Sebagian (GMS).

Tidak ada persiapan khusus dari Observatorim Boscha dalam menyambut GMC. Pasalnya, Indonesia hanya mengalami GMS yang pada dasarnya dapat dilihat dari semua tempat. 

Menurut peneliti Boscha yang juga dosen ITB, Moeji Raharto, fenomena GMC terjadi karena bayang-bayang bulan yang menutupi permukaan matahari tidak sampai ke bumi. Sehingga, matahari akan seperti cincin api. Gerhana matahari cincin juga terjadi karena arah pandang ke matahari.

Terkadang, diameter sudut bulan bisa lebih kecil atau besar dari matahari. Jika kecil, maka terjadi gerhana cincin. Sementara kalau sudut bulan lebih besar maka terjadi gerhana matahari total (GMT).

Untuk di Indonesia, kejadian GMT dan GMC sangat kecil untuk disaksikan. Karena Indonesia terletak di luar jalur gerhana total dan cincin, Indonesia hanya mengalami Gerhana Matahari Sebagian.  Jalur untuk melihat gerhana cincin ini hanya sekitar 100-200 kilometer tergantung dari jauh dekatnya posisi bulan dan matahari. Gerhana ini puncaknya akan terlihat dari Australia sampai Pasifik. 

Menurut dia, seluruh kota di Indonesia dapat melihat gerhana matahari sebagian, terkecuali Aceh, Medan dan Padang. Di tiap kota, durasi gerhana bervariasi. Indonesia bagian timur mempunya peluang yang cukup besar dan cukup lama menyaksikan gerhana. Di Ternate, GMS dimulai pukul 04.50 WIB. Saat itu, tinggi Matahari sekitar 6 derajat dan ketika GMS berakhir pada pukul 06.45 WIB.  Di Bandung, ujar dia, pada saat matahari terbit sudah dalam keadaan gerhana. Dan pada akhir GMS berakhir pada pukul setengah tujuh. 

Tak ada persiapan khusus atau tips untuk melihat gerhana ini. Menurut Moeji, matahari terbit saat tidak gerhana atau gerhana sama intensitas cahayanya. Manusia, ujar dia, tak ada yang kuat melawan intensitas tersebut. Sehingga memerlukan pelapis cahaya matahari yang dapat mereduksi intensitas cahaya menjadi cahaya bulan. Ini artinya, pemakaian pelindung seperti film-film hitam dapat dipakai untuk meredam cahaya. 

Namun, ujar dia, pengamatan terhadap gerhana matahari juga bisa dilakukan tanpa pelindung mata. Asalkan, adanya awan tipis yang memblok sorot cahaya matahari. "Tentunya karena awan ada yang menutup tapi ada juga awan yang menyingkap,"ujar dia. Namun, ada baiknya, jika mengamati gerhana dengan menggunakan teleskop sehingga dapat gambaran lebih jelas. 

Gerhana matahari cincin juga punya keistimewaan tersendiri. Menurut Moeji, peristiwa ini dapat menentukan jarak bulan terhadap matahari dan orbit. Para peneliti juga dapat mengetahui timing yang pas untuk kontak antara matahari dan bulan. Peneliti juga dapat melakukan metodologi presisi dari perhitungan orbit bulan. Pasalnya, sering terjadi gangguan di bulan seperti adanya tarik menarik gravitasi.

Bagi pecinta fotografi, fenomena ini juga jadi hal yang istimewa. Sementara bagi yang ingin bertafakur, ujar dia, bisa berpikir lebih jauh tentang fenomena ini. "Fenomena ini memang diperuntukkan Allah untuk manusia, sehingga dapat belajar mengenai astronomi dan posisi-posisi bulan,"ujar dia.

Gerhana matahari selalu terjadi setiap tahun, tapi  singgah di daerah berbeda di muka Bumi. Ahli astronomi mengetahui geometri matahari, Bumi, dan bulan selalu kembali ke posisi yang sama setiap 18 tahun sekali. Perulangan ini dikenal sebagai siklus saros. Gerhana matahari cincin kali ini tercatat sebagai siklus saros ke-31 dalam siklus saros 138.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement