Kamis 02 May 2013 12:08 WIB

Padusi, Tiga Kisah Legenda Ranah Minang

Rep: Nurul Dyah Sariningtias (MG12)/ Red: Hazliansyah
Bintang teater yang juga bintang film Ine Febriyanti mementaskan Legenda Drama Tari (Legendra) Padusi saat konfrensi pers di Jakarta, Rabu, (1/5).
Foto: Antara Foto/Teresia May
Bintang teater yang juga bintang film Ine Febriyanti mementaskan Legenda Drama Tari (Legendra) Padusi saat konfrensi pers di Jakarta, Rabu, (1/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maestro tari yang juga guru besar dari Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Tom Ibnur mempersembahkan drama tari bertajuk "Legendra Padusi". Pertunjukan digelar pada 11-12 Mei 2013 di Taman Ismail Marzuki.

Melibatkan sekitar 50 penari dan musisi, Tom Ibnur menampilkan tiga legenda perempuan dari Ranah minang yang dapat menginspirasi perempuan Indonesia. Kisah percintaan, kesetiaan dan juga harga diri akan menjadi topik dan tema cerita yang ditampilkan secara drama dan tari.

"Kenapa perempuan selalu teraniaya, inilah persoalan yang selalu terbayang-bayang oleh saya," ujar Tom Ibnur dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (2/5).

Legendra Padusi mengisahkan sosok perempuan urban Jakarta bernama Padusi. Setelah Bercerai dengan suaminya, tanpa dikaruniai anak, Padusi kalut dan memutuskan pulang ke kampung halaman untuk memahami akar budaya aslinya. Terlebih yang ia rasakan selama 10 tahun hanyalah menjalani kehidupan berdasarkan keinginan orangtua dan suami.

Dalam cerita Padusi ini terdapat tiga cerita budaya yang menginspirasi Padusi saat pulang ke tanah leluhurnya. Cerita pertama adalah seorang bidadari bernama Puti Bungsu yang terpaksa menjadi manusia biasa dan menikah di bumi karena bagian tubuhnya (sayap) dicuri oleh seorang pria.

Kisah kedua, Siti Jamilan yang kecewa dengan suaminya karena tidak menepati janji untuk setia dan menikah lagi. Ia kemudian memutuskan untuk membunuh kedua anaknya dan kemudian bunuh diri.

Terakhir adalah kisah Sabai nan Aluih. Ia ingin menuntut keadilan karena hendak dipersunting oleh Datuk Tua Bangka, Rajo nan Panjang yang mempunyai istri di setiap sudut desa.

"Seni tradisi indonesia ini sangat kuat dan menarik jika diangkat, jadi mau saya buat seindah-indahnya," jelas Rama Soeprapto selaku sutradara.

Sejumlah nama besar akan mengisi pementasan, di antaranya Ine Febriyanti, Jajang C Noer serta Marissa Anita. Sementara sutradara wanita Indonesia, Nia Dinata bertindak sebagai penulis skenario.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement