REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Partai Golkar mengklaim bahwa perekrutan bakal calon legislatifnya melalui proses kaderisasi berdasarkan rekam jejak yang jelas, bukan secara instan.
"Memilih bacaleg bukan seperti membeli tiket di bioskop. Saya membutuhkan waktu 30 tahun untuk mencapai jabatan seperti sekarang, yang dipertaruhkan di sini adalah bangsa," ujar Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Leo Nababan di Jakarta, Rabu.
Leo mengatakan seorang caleg harus melewati proses kaderisasi di dalam partainya atau melalui organisasi masyarakat guna mengetahui bagaimana mengorganisasikan dan mempertahankan ideologi bangsa.
Di tubuh Golkar sendiri, lanjut Leo, dapat dipastikan bahwa bacaleg yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) berasal dari sistem kaderisasi partai dan terdaftar di basis data partai.
"Di parpol kami sendiri boleh dicek, kami memiliki database, sehingga tidak ada daftar bacaleg ganda," ujar Leo.
Menurut Leo, proses kaderisasi masih menjadi tantangan tersendiri bagi parpol, karena proses kaderisasi yang terputus dapat berdampak pada kualitas anggota parlemen sekaligus kualitas undang-undang yang diputuskan.
"Banyak undang-undang yang kalah di Mahkaman Konstitusi, itu karena yang memutuskan bukan aktivis, jadi tidak tahu apa yang diperjuangkan," kata Leo.
Leo berharap KPU dapat menjalankan fungsinya untuk menyeleksi bacaleg dengan benar, sehingga ada filterasi untuk meloloskan bacaleg hingga ke kursi parlemen.