REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Badan Tennologi Nuklir Nasional (BATAN) kembali mengenalkan penerapan nuklir untuk teknologi kesehatan. Tahun ini Lembaga Penelitian dan Pengembangan BATAN mengenalkan alat terbarunya untuk deteksi dini kanker leher rahim (serviks).
Alat ini dikenalkan di Yogyakarta dalam kegiatan fokus group discussion (FGD) dengan pihak tenaga kesehatan, Jumat (26/4). Alat ini disosialisasikan penggunaannya kepada pihak rumah sakit, ikatan dokter indonesia (IDI) dan suplyer alat-alat kesehatan. Hadir dalam kesempatan itu 8 rumah sakit dari Sulawesi, Jawa dan DIY.
Kepala Pusat Kerjasama Teknologi Nuklir BATAN, Ferly Hermana mengatakan, alat deteksi dini virus kanker serviks ini baru saja dirakit oleh Litbang BATAN 2012 lalu. "Kita masih sosialisasikan untuk melihat respon pihak kesehatan terutama rumah sakit dan tenaga kesehatan sebagai pengguna," ujarnya.
Diakuinya, langkah ini dilakukan untuk mensosialisasikan alat-alat kesehatan yang menggunakan teknologi nuklir. Belum banyak rumah sakit yang menerapkan alat kesehatan dengan teknologi nuklir dari BATAN.
Menurutnya, banyak rumah sakit yang memilih mengadopsi alat buatan luar negeri meskipun harganya jauh lebih mahal. Padahal BATAN sendiri kata dia, sudah memiliki hasil karya berupa alat-alat kesehatan yang menggunakan teknologi nuklir.
Hal senada diungkapkan Kepala BATAN, Djarot S Wisnubroto. Menurutnya BATAN tengah gencar mensosialisasikan hasil penelitiannya agar lembaga kesehatan di Indonesia memanfaatkan produk dalam negeri tersebut.
Diakuinya, alat baru milik BATAN ini bisa mendeteksi sejak dini adanya virus human pappiloma virus (HPV). Kinerja alat ini dilakukan melalui pengambilan sample darah.
"Kalau papsmear itu hanya deteksi permukaan saja kalau ini bisa diketahui adanya virus HPV tersebut atau tidak," ujarnya.
Menurutnya, alat ini bisa digunakan bahkan pada wanita yang belum menikah. Diakuinya baru satu rumah sakit yang mengadopsi hasil penelitian BATAN tersebut. Namun pihaknya belum melakukan evaluasi terkait hal tersebut.