Kamis 18 Apr 2013 17:36 WIB

Ini Kisah Anas Urbaningrum Dikuntit Intel di Bali

Anas Urbaningrum
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Anas Urbaningrum

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum mengaku kehadirannya di pulau Dewata Bali saat berlangsungnya KLB partai berlambang bintang mercy beberapa waktu lalu sempat diawasi dan diikuti intel yang disebutnya sebagai alat negara.

Dalam akun Twitternya, mantan ketua umum PB HMI itu memaparkan pengalamannya diawasi, dikuntit dan dimata-matai. Anas  tiba di Bali pada 28 Maret pukul 19.00, tepatnya di Singaraja

"Ketika KLB di Bali, kedatangan saya dipantau dan diikuti dng ketat. Bahkan bisa dilihat dng mata telanjang,'' ujar pemilik akun @anasurbaningrum itu.

Anas mengaku ketika dalam perjalanan dari Ubud menuju Denpasar, ia secara terang-terangan diikuti beberapa sepeda motor. ''Ketika menuju dan kemudian istirahat di rumah Pasek, tetap saja diikuti. Beberapa motor parkir di dekat rumahnya,'' kata Anas.

Ia menuturkan tujuan utamanya datang ke Bali untuk mem-bezoek (menjenguk) ibu Pasek Suardika yang sedang sakit. ''Orang tua saya mengajarkan untuk ringan-langkah mem-bezoek saudaranya yang sakit.''

Anas menganggap Pasek sudah menjadi bagian keluarganya. Karenanya, ia merasa dekat dengan keluarga Pasek. ''Ibunya saya anggap sebagai ibu saya sendiri,'' katanya.

Pada 28 Maret malam, sehabis bezoek dan kemudian makan malam, Anas dan istri menginap di Singaraja, ibu kota Kabupaten Buleleng. Wilayah ini berada di pantai utara Bali.

Anas bersama istrinya memutuskan untuk bermalam di salah satu penginapan di Lovina, yang berada di pinggir pantai. Keesokan harinya, ia dijemput Pasek dan istri di penginapan.

''Kami akan menuju ke Denpasar,'' kata Anas. Ia mengungkapkan, Pasek bercerita bahwa rumah ibunya baru didatangi dua orang aparat. Mereka bertanya, "Apakah ada tamu dari Jakarta?''

Tak hanya itu. Menurut Anas, sang aparat juga bertanya tempat ia dan istrinya menginap. ''Hotel kakaknya Pasek di Singaraja juga kedatangan tamu aparat. Tujuannya sama dng yg datang ke rumah ibunya.''

Mendengar cerita Pasek, Anas pun lantas berseloroh, "Saya bilang kita harus bersyukur. Berarti ada fasilitas pengamanan gratis.''

Dalam perjalanan dari Singaraja menuju Denpasar, rombongan Anas memilih jalan lewat Kintamani. Rute itu dipilih, karena Anas ingin menikmati sejuk dan indahnya Kintamani.

Rombongan Anas terdiri dari enam orang. Anas bersama istri, Pasek bersama istri, sopir dan seorang teman Anas dari Jawa Timur. "Selepas Kintamani, kami menuju Ubud. Sengaja mau makan siang di Bebek Tepi Sawah."

"Ketika kami datang, di luar tdk terlalu ramai. Beberapa orang duduk-duduk di depan. Di dalam tentu ramai,'' ungkapnya. Setelah 1,5 jam santap siang, Anas dan rombonganpun melanjutkan perjalannya ke Denpasar.

''Ketika kami keluar warung, yang duduk-dudk di depan menjadi banyak. Juga yang berdiri. Wajahnya penuh selidik,'' kisahnya. "Dengan cekatan HP-HP mereka menjepret kami. Jelas bukan jepretan wartawan. Kalau wartawan pasti akan wawancara.''

Dalam perjalanan ke Denpasar, kata Anas, beberapa sepeda motor sudah standby untuk mengikuti. "Saya dan Pasek, sebagai bekas aktivis, langsung "on". Tahu bahwa diikuti beberapa sepeda motor,'' ucapnya.

Istri Pasek dan istri Anas terus mengawasi sepeda motor yang menguntit di belakang mobil mereka. "Mobil terus diikuti. Pelan diikuti. Kencang diikuti. Asyik betul. Bahkan sempat ada yang difoto.''

Ketika menjelang bundaran Padanggalak, Pasek memberi ide. ''Mobil tiba-tiba diputar ke bundaran Padanggalak. Begitu mobil belok mendadak ke bundaran Padanggalak, salah satu motor terlanjur ke arah Sanur. Motor lalu berhenti."

Sejumlah motor yang menguntit ikut berputar ke Padanggalak. ''Tentu saja kami ketawa-ketiwi. Luar biasa, hiburan gratis. Pasek lalu minta sopir muter sekali lagi.''

Menurut Anas, pasukan motor itu tetap mengikuti mereka. Bahkan motor yang sudah terlanjur ke arah Sanur, bisa ikut lagi. Rombongan Anas pun menuju Sanur. Namun, pasukan motor terus menguntit.

''Istri saya bilang, 'kasihan bisa masuk angin itu orang'. Saya bilang, 'itu melaksanakan tugas dan sudah terlatih. Pasti sangat kuat'.''

Anas menuturkan, di tengah perjalanan Denpasar-Sanur, Pasek dihubungi ajudan Presiden sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. ''Rupanya ajudan mengabarkan bahwa Ketua Wanbin mengirim pesan lewat SMS. Setelah dibaca, rupanya SMS isinya : tlg disampaikan pesan untuk Bung AU. Ada beberapa poin.''

Pesan SBY itu pun dibalas. Rombongan Anas terus melanjutkan perjalanan hingga menuju rumah Pasek.

''Alhamdulillah pengamanan dan pengawalan terus berjalan sampai di rumah Pasek. Beberapa berhenti di warung agak depan. Beberapa di dekat rumah. Ketika kami malam keluar, alhamdulillah pengawalan terus dilakukan.''

Keesokan harinya, Anas pun mengaku masih terus dikuntit dan diawasi. ''Saya merasa terhormat dan banyak berterimakasih, karena ada pengawalan dan pengamanan gratis."

sumber : @anasurbaningrum
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement