REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Penurunan muka tanah di Jakarta menjadi salah satu masalah serius yang harus segera ditangani dan terus dilakukan pemantauan secara berkala oleh Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) DKI Jakarta. Untuk mengatasinya, Distamben DKI Jakarta pun telah memiliki beragam cara dan solusi. Salah satunya, dengan pembangunan 4.000 sumur resapan yang akan dibuat di kantor kelurahan, kantor kecamatan, kantor walikota maupun gedung Balaikota DKI Jakarta.
Pembuatan sumur resapan dipilih, karena penyebab penurunan muka tanah di ibu kota didominasi sejumlah faktor seperti, pengambilan air tanah, beban pembangunan dan kendaraan bermotor yang melintas serta proses alamiah dari endapan – endapan di bawah tanah yang turun dengan sendirinya.
“Persentase pengambilan air tanah mengakibatkan penurunan muka tanah di Jakarta mencapai sebesar 20 persen. Sedangkan, beban pembangunan dan kendaraan bermotor serta proses alamiah dari endapan di bawah tanah yang turun sekitar 80 persen,” ujar Andi Baso, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi DKI Jakarta kepada beritajakarta.com.
Dikatakan Andi, pihaknya telah menyiapkan tiga langkah strategis dalam upaya pemantauan penurunan muka tanah di antaranya dengan pengukuran Metode Geodetik (GPS) secara periodik yang dipusatkan pada 68 dari rencana 200 titik yang tersebar di Jakarta.
Kedua, pemboran geologi teknik yakni menerapkan full coring dengan kedalaman 300 meter di tiga lokasi (Rawabuaya, Kelapagading dan Kemayoran) yang terindikasi memiliki nilai penurunan tanah signifikan, serta satu titik di Setu Babakan yang nilai penurunan muka tanahnya kecil dan dijadikan sebagai pembanding. "Kami juga memasang alat Piezometer, Ekstensometer dan AWLR pada tiga dari tujuh Stasiun pemantauan Penurunan tanah yang disebar di wilayah Jakarta," katanya.