REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melibatkan Disaster Prevention Research Institute Kyoto University, Jepang, untuk mengamati bersama aktivitas Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang statusnya meningkat dari normal menjadi waspada.
"Kerja sama dengan Jepang ini untuk meneliti bersama Gunung Guntur," kata Kepala PVMBG Surono saat meninjau langsung Pos Pengamatan Gunung Guntur, Kampung Cukangkawung, Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Selasa (9/4).
Ia mengatakan kerja sama dengan Jepang itu meliputi pengadaan dan pengoperasian alat teknologi di antaranya Seismograf dan GPS atau alat pendeteksi aktivitas gunung api. "Mereka memberi kita teknologi untuk meneliti gunung aktif di Indonesia yang cukup banyak," katanya.
Menurut dia, Gunung Guntur merupakan gunung aktif yang mendapatkan pemantauan ketat, sehingga kerja sama dengan Jepang dapat membantu tugas PVMBG. "Guntur suatu gunung api yang dipantau sangat ketat, saya was-was tremor, karena tremor aktivitasnya dangkal," katanya.
Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan Gunung Guntur sejak status Waspada, Selasa (2/4) terjadi gempa tremor terus menerus. Kemudian terjadi kembali gempa tremor Sabtu (6/4) dan Ahad (7/4) secara terus menerus dan terakhir, Selasa, tercatat hingga pukul 13.00 WIB kembali tremor.
Berdasarkan catatan PVMBG, Gunung Guntur ketinggian 2.239 meter di atas permukaan laut (DPL) terakhir meletus tahun 1843 sebanyak 21 kali.