Selasa 09 Apr 2013 20:08 WIB

'Menembak Tahanan Bukan Tindakan Kesatria'

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Djibril Muhammad
Budiman Sudjatmiko
Foto: matanews.com
Budiman Sudjatmiko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rupanya 11 anggota Kopassus yang melakukan penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, DIY dan menembak mati empat tahanan banjir dukungan. Sebagian warga menganggap para pelaku berbuat kesatria karena jujur mengakui perbuatannya.

Bahkan muncul edaran melalui pesan BlackBerry yang isinya pujian terhadap para pelaku penyerangan Lapas Cebongan. Namun anggota Komisi II DPR RI Budiman Sudjatmiko menolak jika tindakan 11 anggota Kopassus tersebut dianggap sebagai perbuatan kesatria. "Menembak tahanan bukan tindakan kesatria," katanya di Jakarta, Selasa, (9/4).

Masyarakat, ujar Budiman, harus disadarkan mengeksekusi tahanan yang sudah lemah di dalam penjara  bukanlah tindakan kesatria. Apalagi seorang tahanan itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebagai contoh, kata Budiman, dalam kondisi perang, jika musuh sudah mengibarkan bendera putih alias menyerah, mereka tidak boleh ditembak. Sebab menembak atau melukai musuh yang sudah menyerah termasuk kejahatan perang. Itu melanggar konvensi Jenewa dan bukanlah tindakan kesatria.

Tindakan balas dendam, Budiman menerangkan, juga tidak bisa dibenarkan. Misalnya ketika seseorang dijahati, orang tersebut tidak serta merta memiliki hak untuk membalas dendam. Di negara hukum, seharusnya hukum ditegakkan, bukan main hakim sendiri.

Namun, ujar Budiman, kejujuran anggota Kopassus yang telah mengakui perbuatannya harus diberi apresiasi. Walaupun tindakannya harus mendapatkan hukuman yang setimpal untuk pembelajaran agar tidak main hakim sendiri.

Memang, ia menerangkan, terdapat rasa frustasi masyarakat yang tidak percaya pada penegakkan hukum. Namun masyarakat tetap harus diberi pendidikan mana perbuatan yang benar dan mana yang salah.

Untuk mencegah premanisme kian marak, pemerintah harus meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mengurangi pengangguran. Premanisme marak karena adanya pengangguran.

"Saya yakin mereka tidak ingin menjadi preman. Mereka terpaksa menjadi preman untuk memenuhi kebutuhan hidup," kata Budiman menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement