REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri menjawab kritik atas cepatnya tim investigasi Mabes TNI untuk mendapatkan pelaku penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Karena sejak diturunkan, tim investigasi dari Mabes TNI hanya membutuhkan waktu 5x24 jam untuk mengungkap dalang sekaligus peran masing-masing pelaku dari aksi ini.
Tak hanya itu, kronologis dan senjata api yang digunakan untuk menghabisi nyawa para korban juga turut dipublikasikan TNI. Ini yang membuat Polri mendapat kritik tajam yang sejak hari pertama penyerangan sudah berada di lokasi untuk melakukan investigasi. Termasuk perbedaan keterangan dan akurasi temuan.
"Masalah perbedaan keterangan apalagi soal akurasi bisa disebabkan banyak hal," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Jakarta Jumat (5/4).
Menurutnya, perbedaan fakta yang disebutkan TNI dengan Polri bisa didasari oleh kondisi kejiwaan saksi yang ada di lokasi kejadian. Ini karena saksi yang diinterogasi polisi masih syok dan trauma.
Selain itu, menurut Boy, banyak hasil pemeriksaan Polri yang masih belum diumumkan. Sehingga ikut membuat kesan lamban seolah terlihat dari kinerja polisi.
Boy mengatakan, bila dua institusi berbeda dihadapkan pada sebuah penyelidikan kasus, maka tentu saja pendekatan serta prosesnya berbeda. "Sekarang proses penegakan hukumnya diserahkan ke militer. Tapi bila TNI membutuhkan segenap hasil temuan Polri selama investigasi kasusi ini, maka tentus saja akan kami bantu," kata dia.