Sabtu 30 Mar 2013 01:06 WIB

Yuk Melacak Sisa Badak Sumatra

Rep: Ani Nursalikah/ Red: M Irwan Ariefyanto
Badak Sumatera
Foto: Antara
Badak Sumatera

REPUBLIKA.CO.ID,Harapan pulih kembali. Sejumlah jejak kaki yang diyakini milik badak sumatra ditemukan di Pulau Kalimantan. Temuan jejak hewan ini membangkitkan asa keberadaan binatang yang telah lama dianggap punah di wilayah tersebut. World Wildlife Fund (WWF) menyebarkan kabar tersebut dalam sebuah pernyataan, Kamis (28/3).

Jejak-jejak awal WWF temukan pada Februari lalu. Ketika itu, mereka sedang memantau orang utan di hutan Kutai Barat, Kalimantan Timur. Survei lanjutan mereka lakukan bersama Kementerian Kehutanan dan peneliti dari Universitas Mulawarman. Mereka menemukan lebih banyak jejak. Berupa bekas kubangan di lumpur, goresan pada pohon bekas panjatan, dan tanda gigitan pada tanaman.

Meski demikian, berapa jumlah badak yang ada di sana belum dapat diketahui. Peneliti satwa liar dari Universitas Mulawarman, Chandradewana Boer, menegaskan spesies tersebut kemungkinan besar adalah badak sumatra. Sejumlah pakar yang dikutip laman WWF juga menyebutkan demikian. Temuan didukung data historis sebaran badak sumatra di Kalimantan yang telah terdokumentasi sebelumnya.

Project Leader WWF Indonesia Program Kutai Barat Arif Data Kusuma mengatakan, penemuan jejak badak sumatra adalah hal yang luar biasa di dunia. Ia menyatakan, temuan tersebut adalah pencatatan baru. Sebab, sebelumnya tidak ada data yang menyebutkan jumlah badak sumatra. “Keberadaan badak sudah bisa dipastikan memang ada,'' katanya kepada ROL, Jumat (29/3).

Menurut Arif, jejak yang ditemukan dan bekas goresan cula menunjukkan ke arah badak sumatra. Ada dua jenis badak di Indonesia, yakni badak sumatra dan badak jawa. Pada badak jawa cirinya jarak antara kuku renggang atau terbuka. Sedangkan pada badak sumatra, jarak antara kuku rapat atau dempet. Temuan jejak badak sumatra ini bagaimanapun masih perlu dibuktikan.

Ia menambahkan, survei yang dilakukan tim monitoring masih terlampau singkat dan belum mewakili semua kawasan. Dengan demikian, pihaknya belum berani mengatakan berapa jumlah badak yang pasti. Langkah selanjutnya, tim WWF akan memasang kamera perangkap di lokasi jejak badak ditemukan.

Jumlah kamera yang dipasang tiga buah. Kamera akan dipasang di tempat-tempat yang diduga akan dihampiri lagi. Nantinya kamera akan dicek kembali pada akhir April atau Mei. Ini untuk memastikan temuan tim. Rencananya, pemasangan kamera perangkap juga akan diperbanyak. Kamera ini tidak hanya mampu menangkap gambar statis, tapi juga gambar bergerak.

Arif mengatakan, hidup badak tidak sepenuhnya berada di dalam hutan. Jadi, lanjutnya, peluang menemukan badak di dalam atau di luar hutan sama banyaknya. Dulu sekitar 1990-an, penduduk masih menjumpai badak di dalam hutan. Jarang sekali badak merambah ke permukiman penduduk dan menampakkan diri kepada manusia.

Arif melanjutkan, penyebab kepunahan badak terutama akibat perburuan liar. Permintaan pasar gelap untuk cula badak sangat tinggi karena diyakini berkhasiat sebagai obat. Desakan pembangunan juga turut andil dalam keberlangsungan hidup badak. Pembukaan lahan untuk perkebunan dan penebangan pohon untuk dijual kembali juga berpengaruh pada hilangnya habitat badak sumatra.

Badak sumatra merupakan satu-satunya badak Asia yang bercula dua. Berbeda dengan badak jawa yang hanya berbulu di bagian telinga dan ujung ekornya. Badak sumatra berbulu hampir di seluruh bagian tubuhnya. Tak heran jika ia dijuluki badak berambut. Ukuran fisiknya juga tergolong yang paling kecil dibandingkan spesies badak lainnya.

Bobot tubuhnya tidak lebih dari satu ton dan tinggi tubuhnya pun di bawah 150 cm. Menurut laman WWF, pada 1994, di Pulau Sumatra terdapat 17 kantong badak. Jumlah kantong yang tersisa kini hanya tiga, yaitu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambar, dan Taman Nasional Leuseur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement