REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Dua orang pengungsi meletusnya gunung Rokatenda di pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur meninggal dunia karena kekurangan makanan.
"Kondisi ini akan semakin parah jika tidak segera ditangani secara baik," kata Koordinator Justice and Peace Integrity of Creasion (JPIC) Serikat Sabda Allah (SVD), Pastor Marsel Vande Raring, SVD yang dihubungi melalui telepon gengaggamnya dari Kupang, Kamis.
Dia mengatakan, kondisi pengungsi yang sedang dilanda kelaparan serius itu bukan yang ditampung di posko penampungan pengungsi, tetapi di beberapa titik yang tersebar dalam kota Maumere Kabupaten Sikka seperti di Kelurahan Nangaliman, Beru, Nangahure dan beberapa titik lainnya seperti di Ropa, Maurole, Mukusaki wilayah Kabupaten Ende.
"Hingga saat ini sudah dua orang meninggal dunia, bukan hanya karena lapar, tetapi karena komplikasi beberapa penyakit yang tidak bisa ditanggulangi karena tidak ada biaya," kata Pastor Marsel.
Ditanya tentang dana bantuan pemerintah pusat senilai Rp 600 juta yang dikucurkan melalui pemerinta Provinsi NTT dan beras sebanyak 100 ton di Kabupaten Sikka, Pater Marsel mengaku belum mengatahui keberadaannya.
"Bantuan itulah yang terus kami pertanyakan namun tidak ada yang bisa memberikan jawaban secara baik," katanya.
Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT, Pieter Manuk yang dikonfirmasi di Kupang mengatakan terkait masalah itu mengaku kaget bahkan tidak percaya. Pasalnya Pemerintah Provinsi NTT mempunyai stok beras sebanyak 100 ton di masing-masing kabupaten untuk dapat dimanfaatkan para pengungsi Palue tersebut.
Disingggung tentang birokrasi berbelit untuk mendapatkan beras bantuan tersebut, Piter mengakui, tidak bisa dilakukan birokrasi seperti itu dalam penanganan masalah kemanusiaan apalagi bencana.
"Baik, nanti saya cek informasi itu dulu. Kalau memang terjadi seperti itu, kita akan segera ambil langkah cepat," katanya berjanji.