Rabu 20 Mar 2013 20:08 WIB

Garis: Bom Sudah Tak Ada, Densus Harus Bubar

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: A.Syalaby Ichsan
Densus 88 Polri
Foto: AP
Densus 88 Polri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana pembubaran Detasemen Khusus (Densus) 88 terus menyeruak.  Ketua Umum Gerakan Reformis Islam (Garis) Chep Hermawan menegaskan, eksistensi lembaga antiteror itu tak diperlukan.

Dia mengaku, di akhir tahun 2011 silam ia telah mengadakan pertemuan dengan setidaknya 563 aktivis Islam yang dipastikannya sebagai ahli bom lulusan sejumlah tragedi perang yang membawa isu agama di dalamnya.

Dari mujahidin Moro, Philipina, Afganistan, hingga Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) dikatakannya berkumpul saat itu untuk membuat deklarasi.

 Penjanjian yang ia pastikan dipegang teguh oleh seluruh aktivis ini menyebutkan bahwa tak akan lagi mereka, baik yang pernah terlibat maupun kenal dengan jaringan teroris, melakukan aksi bom besar-besaran.

"Saya sudah satukan semua untuk janji supaya tak ada lagi perangi kebatilan dengan bom. Makanya sejak saat itu tidak lagi ada ledakan sekelas bom Bali satu dan dua,” kata dia dalam sebuah diskusi terbuka di Matraman, Jakarta, Rabu (20/3).

 Chep mengatakan, untuk itulah kehadiran Densus 88 dia pandang sudah tak lagi diperlukan. Malah ia berpendapat, Densus 88 hanya menebarkan ketakutan dengan aksi kekerasannya kepada masyarakat. “Buat apa Densus 88 tetap ada,  bom juga tidak akan ada lagi,” ucap dia.

Menurutnya, sikap para personel detasemen ini untuk menembak mati orang yang baru diduga sebagai teroris perlu dikritisi.

Sejumlah tindakan anggota Densus 88 dalam operasi penggerebekan yang kerap menembak mati terduga teroris menurut dia sudah diluar kewenangan korps burung hantu ini.“Mereka ini main tembak saja, tanpa membuktikan dulu di pengadilan bahwa orang tersebut teroris,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement