REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO---Sejumlah pengusaha tahu di Desa Tuksana, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpaksa mengurangi ukuran produksi tahunya guna menyiasati untuk tetap berproduksi, menyusul semakin tingginya harga kedelai yang menjadi bahan baku utama usaha mereka.
Salah satu pengusaha tahu Tuksana Supri mengatakan, pihaknya terpaksa harus mengecilkan ukuran tahunya agar tetap bisa bertahan dan berproduksi.
Jika biasanya tahu buatannya memiliki ketebalan 4-5 centimeter (cm), namun saat ini hanya sekitar 2-3 cm atau satu cetakan dibuat untuk 110 hingga 120 tahu dari sebelumya 100 tahu.
"Saya terpaksa mengecilkan ukuran untuk menekan biaya produksi tahu akibat terus naiknya harga kedelai. Sebab jika harga jual tahu yang dinaikkan, saya takut malah tahu saya tidak laku," katanya.
Menurut dia, harga kedelai terus naik secara bertahap sejak satu bulan terakhir. Harga kedelai baik lokal maupun impor terus naik drastis dan membebani produsen tahu.
Adapun harga kedelai impor saat ini mencapai Rp 7.800 per kilogram (kg) hingga Rp 8.000 per kg dari sebelumnya yang berkisar antara Rp 6.200 hingga Rp 6.500 per kg. Padahal harga normalnya hanya Rp 6.000 per kg.
Sedangkan kedelai lokal saat ini telah mencapai Rp 8.000 per kg, padahal harga biasa hanya sekitar Rp 6.500 hingga Rp 7.500 per kg. Selain itu, stok kedelai lokal di pasaran juga sulit didapatkan.
Supri mengaku, tidak mendapat untung yang layak, karena harga bahan baku kedelai telah mencapai di atas Rp 7.000 per kg. Karena itu, ia terpaksa mengurangi ukuran tahunya agar tetap bisa berproduksi.
"Setiap satu kali masak dengan berat 20 kg, kami bisanya mendapat keuntungan Rp 5.000, tapi dengan kenaikan harga kedelai keuntungan yang kami dapat di bawah itu. Setiap harinya kami memproduksi antara satu kuintal hingga 125 kg," kata dia.