REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), dinilai berpeluang menjadi presiden RI jika mencalonkan diri pada Pilpres 2014.
''Jika tak mencalonkan diri pada Pilpes 2014, momentum itu akan berpindah kepada figur baru,'' ujar Dewan Penasihat Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, kepada Republika Online, Selasa (5/3).
Menurut dia, kemenangan dalam pemilihan sering kali disebut sebagai upaya cerdas memanfaatkan momentum. Jeffrie menuturkan, momentum bisa dikaitkan dengan “bandwagon effect”, yakni fenomena perilaku pemilih yang akan memilih calon yang dipilih oleh suara mayoritas.
''Misal berdasarkan hasil survei,'' ungkapnya. Menurut dia, kecenderungan pilihan akan diperkuat lagi dengan adanya dukungan informasi positif kandidat tersebut dari berbagai media cetak ataupun elektronik dan dari mulut ke mulut.
''Fenomena Jokowi untuk Pilpres 2014, bisa dijelaskan dengan konsep tersebut,'' ucapnya. Menurut Jeffrie, Jokowi hanya akan menjadi presiden RI bila maju mencalonkan pada Pilpres 2014.
Ia mencontohkan, pada 2004 SBY terpilih, karena saat itulah momentumnya. Pada 2009, kata dia, SBY terpilih lagi karena dianggap berhasil memimpin di periode sebelumnya.
''Wiranto. misalnya, peluang besar dia adalah di saat menjelang kejatuhan Presiden Soeharto, setelah itu momentumnya terlewati. Begitu juga dengan Amien Rais ketika diminta untuk maju melalui poros tengah di awal reformasi," tuturnya.
Endang Tirtana, peneliti pada Maarif Institute, menambahkan, selain "bandwagon effect”, ada teori pula “behavioural momentum” (momentum tingkah laku).
"'The Big Mo', yang sering kali disebut orang sebagai momentum besar untuk memenangkan pemilihan bisa dilihat sebagai peluang juga dalam memenangkan pemilihan. Semakin besar kondisi lingkungan yang positif mendukung, semakin besar kecepatan untuk memenangkan pemilihan," tutur Endang.
Menurut Endang, keberhasilan Jokowi dalam memenangkan pemilihan gubernur DKI dan program konkret yang dilakukan telah menarik simpati yang cukup luas dari rakyat Indonesia.
''Ini terlihat dari dielu-elukannya Jokowi pada setiap kunjungannya ke berbagai daerah,'' kata Endang.
Dukungan media yang sangat masif dan positif, kata dia, juga menjadi momentum dan kekuatan besar bagi Jokowi untuk memenangkan pemilihan.
''Pertarungan 2014 adalah menentukan masa depan indonesia yang sedang serius menata diri dari berbagai persoalan akut. Rakyat membutuhkan sosok pemimpin yang sederhana, taktis dalam mengambil kebijakan, dan tegas. Kriteria itu ada pada Jokowi," tutur Endang Tirtana.