REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan jaringan transportasi massal di Jabodetabek harus segera direalisasikan. Jika tidak, kekacauan lalu lintas diprediksi akan memuncak pada tahun 2020.
Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Suroyo Alimoeso mengungkapkan berdasarkan sebuah data di tahun 2010, jumlah pengguna jalan di Jabodetabek mencapai 53 juta perjalanan setiap harinya. Jumlah itu, kata dia, terdiri dari 53 persen pengendara motor, 20 persen pengguna kendaraan pribadi, dan 27 persen pengguna angkutan umum.
"Di tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 64 juta perjalanan," kata Suroyo saat menghadiri pemaparan Masterplan Transportasi Jabodetabek di kantor Kementrian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (4/3).
Jika pemerintah tidak melakukan apapun, kata dia, maka pada tahun 2020 jumlah pengendara motor dan mobil pribadi akan semakin meningkat, masing-masing 50 persen dan 28 persen. Sementara pengguna transportasi umum justru berkurang menjadi 22 persen saja. Hal ini jelas akan membuat lalu lintas semakin padat.
Untuk menghindari hal itu, saat ini Ditjen Perhubungan Darat sudah membuat usulan masterplan transportasi di Jabodetabek, yaitu dengan membuat 17 trayek busway baru dan 10 trayek pengumpan. Untuk merealisasikan program itu, kata Suroyo, diperlukan sebanyak 738 bus gandeng untuk busway, dan 169 bus pengumpan.