REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat negara-negara lain mulai melawan perburuan ikan hiu untuk diambil siripnya hingga mengeluarkan peraturan keras bagi nelayan yang tertangkap basah masih melanggar, Indonesia masih menempatkan diri sebagai salah satu pemasok. Perburuan ikan hiu disorot tajam setelah terungkap praktik kejam nelayan yang menangkap hiu lalu mengiris siripnya dan melempar hiu tanpa sirip yang masih hidup kembali ke dasar laut.
Cara sadis itu membuat hiu mati perlahan-lahan selama enam jam karena tak mampu lagi berenang untuk mendapat oksigen atau menjadi mangsa hiu lain. Singapura yang selama ini menjadi salah satu negara tujuan pengiriman sirip ikan hiu mulai membatasi diri.
Ironinya, kini Indonesia menjadi pemberitaan di Singapura karena nelayan-nelayan lokal masih terus memburu ikan hiu demi memasok permintaan tinggi yang sebagian besar berasal dari Cina.
Pada Jumat lalu, Straits Times, memperlihatkan gambar hasil muatan nelayan di Bali berupa seratus sirip ikan hiu yang sudah dipotong dari tubuh hewan malang pemiliknya. Sirip-sirip tersebut siap dijual ke perantara dan mereka sepertinya akan dikirim ke Cina daratan atau kota-kota besar dunia dengan populasi besar warga Cina.
"Kami tidak hanya mencari hiu," ungkap Warsito, 33 tahun, nelayan yang berlabuh di Bali. Ia mengaku marlin dan tuna adalah tangkapan utamanya saat melaut. "Tapi menemukan hiu adalah bonus besar, dagingnya laku di pasar lokal dan siripnya berharga mahal" ungkapnya.
Mereka mengaku menjual tiap sirip ikan hiu sebesar 15-50 dolar AS (Rp150-500 ribuan). Tangkapan itu membantu memuaskan hasrat warga Cina menyantap menu sup sirip ikan hiu dari resep kuno leluhur mereka.