REPUBLIKA.CO.ID,CILINCING -- Bantuan makanan untuk warga pengungsi di Rusun Marunda akan dihentikan per 28 Februari 2013. Warga berharap sebelum dihentikan, pemerintah mendistribusikan peralatan dapur seluruhnya agar mereka bisa mengolah makanannya sendiri.
Seksi Sosial Kelurahan Cilincing Sudin Sosial Jakarta Utara, Tresnawati mengatakan, hal ini dilakukan untuk melepas ketergantungan warga rusun dalam hal fasilitas makanan dan kebutuhan dapur. Selain itu, agar para pedagang kuliner yang ada di rusun bisa menjalankan usahanya. ''Dengan pertimbangan itu, makanya pemerintah minta bantuan makanan dihentikan'', ujarnya kepada ROL, Selasa (26/2).
Bantuan makanan ini telah berjalan selama sebulan pascabanjir 17 Januari 2013 lalu. Tiap hari, ada sekitar 15 hingga 20 orang yang mengolah makanan di dapur umum. Dalam sekali makan, terutama makan siang dan malam, mereka membuat 1300 bungkus nasi untuk warga rusun.
Namun menurut Tres, sebelum dihentikan, pihaknya juga akan memberikan sembako seperti beras, mi instan dan gula untuk persediaan warga. Pembagian sembako akan dilakukan begitu bantuan dihentikan.
''Jadi kita tidak lepas begitu saja'', ujarnya.
Salah satu warga Rusun Marunda di Blok 6, Suparmi (37 tahun) mengatakan, masih bergantung pada makanan dari dapur umum. Dia mengaku belum bisa memasak sebab belum mendapat peralatan dapur. Namun, jika memang bantuan akan dihentikan, dia terpaksa akan mulai masak sendiri. ''Ya, mau gimana lagi? Tapi harapannya semoga bisa dilengkapi lah peralatannya, saya baru dapat kompor aja'', ujarnya.
Sudin Sosial Jakarta Utara, Ika Lestari Aji mengatakan, bahwa memang bantuan akan dihentikan per 28 Februari nanti. ''Iya, akan dihentikan'', katanya.
Bantuan makanan ini diberikan kepada warga rusun di Blok 8, 7, 2, 6 dan 3. Sedangkan warga di Blok 9, 10 dan 11 yang baru masuk dan menempati unit belum masuk dalam kategori yang diberi bantuan.