REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, mengatakan jumlah tempat tidur di rumah sakit di wilayah Jakarta sudah jauh melampaui kebutuhan seperti yang dihitung oleh Badan PBB Urusan Kesehatan (WHO). Sehingga, seharusnya tidak ada kasus pasien ditolak karena ruangan penuh.
"Kalau kita pakai perhitungan WHO, maka jumlah penduduk DKI itu 9,7 juta orang. Itu berarti jumlah tempat tidur yang dibutuhkan kira-kira 9.700 tempat tidur,'' kata Menkes.
''Tetapi, di Jakarta jumlahnya sudah hampir 20 ribu,'' lanjutnya. ''Jadi, itu jauh melampaui standar WHO. Ini sudah bagus sekali.''
Nafsiah juga menegaskan bahwa semua rumah sakit telah berkomitmen dan berjanji untuk tidak menolak layanan kegawatdaruratan bagi siapapun pasien yang datang. Rumah sakit terutama tidak diperbolehkan menolak atas dasar pembiayaan.
"Undang-undangnya mengatakan bahwa tidak boleh menolak keadaan darurat atas dasar uang. Jadi biaya di belakang. Apalagi, di DKI dengan gubernur yang mengatakan semua gawat darurat akan ditanggung," ucap Menkes.
Meski demikian, Menkes mengakui masih adanya kasus terhambatnya pertolongan diberikan kepada pasien karena rumah sakit sedang mengalami kondisi ruangan penuh. Sehingga, kerja sama jaringan antar-rumah sakit sudah mendesak untuk dibutuhkan.
"Tidak semua rumah sakit mempunyai UGD yang besar. Oleh karena itu, kita harus kerja sama biar masyarakat tahu persis rumah sakit mana yang memiliki alat, orangnya dan sebagainya," ujar Menkes.