REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat (PD) yang berlangsung di Jakarta Ahad (17/2) ini memunculkan hasil diluar perkiraan sejumlah pihak. ‘Pelucutan’ yang dilakukan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum pada Jumat (8/2) lalu tak berbuah klimaks di rapat ini.
Dugaan akan dilakukannya Kongres Luar Biasa (KLB) untuk melengserkan Anas dari singgasananya ternyata tak tejadi. Usai Rapimnas, Partai Demokrat memastikan Anas masih tetap menjabat sebagai Ketua Umum.
Melihat hasil Rapimnas Partai Demokrat, pengamat politik dari The Indonesian Institut, Hanta Yudha mengatakan Anas tak bisa dilengserkan karena mulai dari dewan pimpinan daerah (DPD) hingga dewan pimpinan cabang (DPC) masih mendukung dirinya.
Yudha menilai jika Anas dilengserkan dari posisinya, bukan tidak mungkin pembangkangan akan dilakukan sejumlah pengurus kepada Partai Demokrat, khususnya terhadap SBY.
"SBY tahu itu, stamina politik Anas sangat kuat. Terlalu beresiko bagi SBY untuk mengupayakan adanya penurunan Anas dari kursinya sebagai pemimpin," kata Yudha saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (17/2).
Jadi, ia menegaskan jika pelengseran Anas benar-benar dilakukan, itu akan menjadi bumerang bagi SBY. Lantaran Anas masih mendapat dukungan tebal dari mayoritas DPD dan DPC Partai Demokrat.
Bahkan dia berujar, dengan segala kekuatan yang Anas miliki sekarang, berbagai cara apapun belum dapat melengserkan mantan Ketua Umum PB HMI itu.
"Kenyataannya memang seperti ini, posisi Anas kuat. Upaya melucuti yang dilakukan kepadanya seakan tidak mempan. Hasil Rapimnas Demokrat ini membuat pelucutan yang kemarin dilakukan bagaikan kudeta setengah hati," papar Yudha.