Jumat 15 Feb 2013 16:21 WIB

Warga Sewan Kota Tangerang Masih Trauma Penggusuran

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Heri Ruslan
Cina Benteng di Tangerang
Foto: Tahta / Republika
Cina Benteng di Tangerang

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Warga Sewan masih trauma dengan penggusuran yang hampir terjadi tahun 2010.

''Saya masih trauma kalau ingat mau digusur waktu itu,'' ujar Ani, warga Kampung Benteng, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Sewan, Kota Tangerang, Jumat (15/2)

Ani mengisahkan, menjadi saksi mata ketika 200 lebih petugas Satpol PP Kota Tangerang dengan beringas merubuhkan tiga pabrik, salah satunya sebuah pabrik kecap dan sepuluh kandang ternak babi. Padahal ternak babi menjadi sumber nafkah warga Cina Benteng.

Ani melanjutkan, yang mengerikan ketika ibu-ibu dan anaknya rela  tidur didepan alat berat, untuk menghalangi penggusuran rumah mereka. ''Kalau truk jalan, mereka tergilas,'' kata Ani yang juga keturunan Cina Benteng.

Ani yang memiliki warung yang berjarak hanya 50 meter dari Sungai Cisadane, selalu was-was jika ada kelanjutan penggusuran. Menurut Ani, semua bisa saja terjadi karena warga sekitar sini dianggap penduduk liar.

''Saya masih takut kalau ada bapak-bapak ngobrol tentang penggusuran,'' katanya.

Handoko, warga RT 05/07 Kedaung Wetan, Kecamatan Mekarsari, Tangerang mengatakan, pemerintah setidaknya menyediakan solusi atau alternatif bagi warga yang kena gusur. Menurut Handoko, selama ini pemerintah hanya mengeluarkan surat perintah penggusuran. ''Kita sudah turun temurun di sini, buyut saya sudah di sini sebelum ada Pemerintah Tangerang,'' katanya

Handoko yang juga keturunan Cina Benteng menyayangkan sikap pemerintah yang cuek. Anak istri Handoko sampai sekarang belum tenang mengenai rencana penggusuran, karena tidak tahu harus pindah kemana.

''Kita ingin perhatian dari pemerintah, sejak dulu kita tidak dapatkan itu,'' ujarnya

Sementara Juru Bicara Kampung Cina Benteng, Sewan Kota Tangerang Benny Suwanto mengatakan, warga menginginkan relokasi, dalam artian bisa mundur beberapa meter dari lokasi semua, dan tempatnya di renovasi ulang. Sebenarnya warga setuju dengan perapihan yang ingin dilakukan pemerintah.

''Hanya saja, pemerintah seperti meniadakan kita, langsung eksekusi saja,'' katanya

Pengamat Tionghoa dan Koordinator Forum Masyarakat Kampung Benteng (FMKB) Eddie Liem mengatakan, harus ada dialog antara pemerintah dan warga. Tapi ternyata sampai saat ini pemerintah seakan menghindar.

''Pernah kita undang bersama Komnas HAM, tapi mereka tidak datang,'' katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement