REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ide membuat terowongan bawah tanah atau deep tunnel di Jakarta dinilai kurang tepat.
Ide deep tunnel itu dicetuskan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Jokowi ingin mengadopsi teknologi yang sudah diterapkan di Kuala Lumpur, Malaysia, itu di Jakarta.
Namun, menurut Siswono, kandidat PhD bidang perubahan iklim dan hidrologi pada Utrecht University, rencana Jokowi kurang tepat diterapkan di Jakarta. Pasalnya, Kuala Lumpur berada di ketinggian 22 meter di atas permukaan laut (dpl).
"Padahal, Jakarta yang hanya terletak pada tujuh meter dpl dan sudah setengah tenggelam. Sehingga, air dalam tunnel di Jakarta akan sulit mengalir secara otomatis ke laut," tutur Siswono dalam forum diskusi yang diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Utrecht, Belanda, bekerjasama dengan Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) Belanda. Diskusi itu membahas masalah banjir di Indonesia, khususnya Jakarta.
Untuk itu diharapkannya Jokowi dan Wagub Basuki Tjahja Purnama perlu melakukan pendekatan kultural dengan Kepala Daerah mitra.
"Selain mencari terobosan yang memungkinkan Pemprov Jakarta membantu pelestarian lingkungan di daerah resapan air yang terletak di luar Jakarta sebagai upaya pelestarian daerah hulu," selorohnya.