REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA--Mengawali 2013, Partai Amanat Nasional (PAN) membuat gebrakan dengan meneguhkan identitasnya sebagai parpol milik semua golongan. Jika selama ini, PAN diidentikkan sebagai parpol berbasis massa Islam, hal itu dinilai kurang tepat oleh Ketua DPP PAN Bima Arya.
"Sejak berdiri, PAN banyak memiliki tokoh pluralis dan tokoh lintas agama. Di bawah Ketua Umum Hatta Rajasa, PAN kembali menegaskan identitas itu," kata Bima kepada Republika di Jayapura, Senin (14/1).
Sesuai semangat didirikannya partai pada 23 Agustus 1998, kata Bima, PAN bukan milik golongan tertentu. Karena itu, perayaan Natal 2012 tingkat nasional yang dihelat di Jayapura, Ahad (13/1), menjadi bukti bahwa PAN lebih memilih haluan sebagai partai nasionalis.
Pihaknya, ujar Bima, ingin menancapkan panji-panji PAN di tempat matahari terbit dari timur. Kalau sekarang PAN baru memiliki satu wakil rakyat di Senayan dari Papua, ke depannya diharapkan bisa bertambah banyak. "Antusiasme warga Papua dalam menyambut PAN luar biasa. Kami terbuka terhadap semua golongan,"ujarnya.
Bima menyebut, beberapa pengamat menilai keliru tentang identitas PAN. Ketika suara parpol Islam atau berbasis massa Islam menurun, suara PAN pada Pemilu 2014 diprediksi bakal ikut melorot. Hal tersebut ditepisnya sebab partai berlambang matahari itu sudah melakukan konsolidasi dan membuat strategi baru dalam menyongsong pemilu yang kurang dua tahun lagi.
Kalau PAN hanya meraih suara 6 persen pada Pemilu 2009, turun dari 2004 sebesar 6,4 persen, dan 7,1 persen pada 1999, maka Bima optimis suara partainya bakal di atas 10 persen. Dua kebijakan mendasar, yaitu tidak lagi mengutamakan calon legislatif berasal dari artis dan banyak mengusung tokoh dari Indonesia timur mulai diterapkan pengurus DPP PAN.
Seleksi caleg, lanjut Bima, sudah dimulai di internal PAN dan dilakukan survei di setiap daerah pemilihan. Mereka yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi dan dedikasinya ke partai luar biasa bakal diprioritaskan.