REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Cuaca ekstrem tiga hari terakhir membuat alur pelayaran kapal feri Selat Sunda Pelabuhan Bakauheni (Lampung)-Merak (Banten) terganggu.
Gelombang laut berkisar 1,5 hingga 2,5 meter berdampak pada waktu berlayar dan sandar di dermaga telat. Akibatnya, ribuan kendaraan menumpuk di dua pelabuhan tersebut.
PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Indonesia Ferry (ASDP-IF), terpaksa mengoperasikan kapal feri roll on roll off (ro-ro) sebanyak 17 unit. Biasanya, pada kondisi cuaca normal, PT ASDP-IF mengoperasikan kapal berkisar 22 hingga 24 unit.
Selain itu, BUMN ini juga menutup jumlah dermaga di dua pelabuhan tersebut menjadi tiga dari lima dermaga yang tersedia. Dermaga yang berfungsi hanya dermaga 1, 2, dan 3. Sedangkan dermaga 4 dan 5, ditutup sementara. Kapal feri yang beroperasi pun terpaksa mengurangi kecepatan layar, sehingga terjadi keterlambatan hingga di dermaga.
Kepala Cabang PT ASDP-IF Bakauheni Lampung, Yanus Lantenga, mengatakan cuaca buruk masih melanda di perairan Selat Sunda sehingga jumlah kapal dikurangi dan menutup dua dermaga. "Hanya 17 kapal beroperasi, di tiga dermaga," kata Yanus kepada Republika, Jumat (11/1).
Ia mengatakan saat ini kondisi pelayaran terganggu, akibatnya kendaraan menumpuk di Pelabuhan Bakauheni karena waktu sandar tidak menentu. Gelombang laut yang tinggi membuat arus pelayaran di laut tidak sesuai jadwal.
Hingga Jumat (11/1) ini, kendaraan truk barang yang ingin menyeberang ke Pulau Jawa sudah ke luar areal Pelabuhan Bakauheni. Antrean kendaraan sudah tersusun di pinggir jalan lintas Sumatra. Arus kendaraan dari kota-kota besar di Sumatra terus mengalir ke Bakauheni.