REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengakhiri tahun 2012, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan menggelar refleksi akhir tahun bersama tokoh-tokoh nasional. Momentum itu sekaligus sebagai ajang silaturahmi guna mempersiapkan kehidupan politik dan sosial yang lebih baik pada 2013 nanti.
Ketua DPP PKS Bidang Seni dan Budaya, Yudi Widiana Adia, mengatakan, acara yang akan dihelat di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu (29/12) nanti akan dibanjiri sejumlah tokoh nasional. Terutama mereka yang hangat dibicarakan sebagai capres alternatif pada Pemilu 2014 nanti.
Diantaranya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshidiqqie, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Wakil Ketua DPR dari Fraksi Golkar Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR yang juga menjabat sebagai Sekjen PDIP Pramono Anung, hingga Ketua Fraksi PDIP Puan Maharani.
Selain politisi, refleksi akhir tahun itu juga akan diikuti pengusaha Chairul Tanjung, Sandiaga S Uno, Gubernur DKI Joko Widodo, dan raja dangdut yang baru saja menyatakan kesiapan diusung sebagai capres, Rhoma Irama.
"Ini akan menjadi ajang silaturahim calon-calon pemimpin bangsa yang potensial. Sekaligus momentum yang tepat untuk menyelaraskan kehidupan sosial dan politik pada 2013 nanti," kata Yudi melalui berita pers yang diterima Republika, Rabu (26/12).
Selain mengumpulkan sejumlah tokoh nasional, refleksi akhir tahun tersebut, menurut Yudi, juga menjadi bentuk apresiasi PKS terhadap seni dan budaya. Sejumlah Pertunjukan seni dan budaya tanah air akan ditampilkan pada acara tersebut. Hal ini sesuai dengan cita-cita PKS yang ingin membangun peradaban yang tidak bisa dilepaskan dari seni dan budaya.
Sebagai acara puncak, Refleksi Akhir Tahun itu akan ditandai dengan renungan akhir tahun bersama sejumlah petinggi PKS. Seperti Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Sekjen PKS sekaligus Wakil Ketua DPR Anis Matta, Ketua Fraksi PKS DPR Hidayat Nur Wahid, serta budayawan sekaligus aktor senior Deddy Mizwar.
Terlepas dari semarak acara penutupan tahun itu, Yudi memaparkan, sepanjang tahun 2012 PKS mencatat situasi politik dan hukum terhitung sangat hangat.
Sejumlah masalah hukum, yang paling menyita publik adalah perseteruan antara lembaga penegak hukum, KPK dan Polri. Padahal, menurut Yudi, dua lembaga tersebut seharusnya saling sinergi dan saling mendukung dalam upaya penegakan hukum di tanah air, khususnya masalah korupsi yang menjadi amanat reformasi.
"Penuntasan kasus korupsi seperti kasus Hambalang dan Century juga tak kunjung selesai hingga sekarang ini. KPK dan Polri harusnya selalu sinergi, saling mendukung agar kedua kasus ini, dan juga kasus-kasus lainnya segera tuntas" kata Yudi.
Sementara itu, situasi politik sepanjang tahun 2012 ini, disebutnya cukup bergejolak. Kondisi politik 2012 cukup dominan dengan munculnya tokoh fenomena seperi Jokowi pada Pilgub DKI Jakarta.
Menurut dia, sosok Jokowi mampu menggerakkan kalangan kelas menengah yang selama ini banyak yang apolitis untuk bergerak ke bilik-bilik suara. Dan mampu meyakinkan masyarakat agar memilih dirinya yang dijanjikan mampu membawa perubahan bagi Jakarta.