REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) optimis bahwa selama demokrasi masih berlangsung, kemungkinan partai Islam berkembang lebih besar semakin terbuka. Apalagi di tengah stabilitas politik yang dinamis sekarang ini, partai Islam disebut sebagai partai yang cukup bersih dari dugaan korupsi.
Ketua Fraksi PKS DPR RI, Hidayat Nur Wahid mengatakan, jika merujuk pada hasil survei, persoalan korupsi pada tubuh partai politik menjadi aspek yang sangat dikritisi masyarakat. Kepercayaan publik terhadap Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) juga disebut sangat meningkat.
"Dari survei, ternyata peringkat 1,2,3 partai yang dinilai korupsi bukan partai Islam. Itu artinya peluang untuk partai islam sangat besar," kata Hidayat, saat ditemui pada acara Refleksi Akhir Tahun 2012 F-PKS, di Senayan, Jakarta, Jumat (21/12).
Hidayat menilai, jika rakyat benar-benar ingin mempercayakan suaranya kepada partai yang bebas atau setidaknya tidak termasuk ke dalam peringkat teratas pelaku korupsi, mestinya rakyat tidak menggantungkan suaranya pada partai-partai yang terlibat korupsi.
Momen itu yang disebutnya sebagai kesempatan dan peluang bagi partai-partai Islam yang masih cukup kuat integritas dan komitmennya untuk menolak korupsi. Karena apa yang terjadi pada suatu partai, merupakan cermin dan jati diri dari parpol tersebut.
Meski banyak pihak yang meragukan perkembangan partai Islam, mantan Ketua MPR itu menyatakan, selama proses demokrasi masih berlangsung, selama itu pula kesempatan bagi partai Islam untuk berkembang menjadi besar terbuka lebar. Atau sebaliknya, kemungkinan untuk hilang bukan tidak mungkin terjadi.
"Saya tidak setuju kalau partai Islam harus memanfaatkan kondisi partai sekuler yg sedang berkonflik. Kami ingin bertanding dengan cara yang fair," ungkap dia.