REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta dilakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden terganggunya radar di Bandara Soekarno Hatta. Terganggunya radar tersebut akibat terhentinya pasokan listrik dari 'Uniterruptible Power Supply' (UPS).
"Saya menganggap bahwa ini tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja,...harus ada investigasi menyeluruh," kata Presiden Yudhoyono dalam konferensi persnya di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (21/12) pagi, setibanya dari melakukan kunjungan kerja ke Malaysia dan India.
Menurut Presiden, insiden tersebut tidak dapat dianggap sebagai peristiwa biasa, karena bukan pertama kali terjadi dan memberikan dampak yang luar biasa.
Jika dalam penyelidikan tersebut nantinya diketahui ada pihak-pihak yang lalai, SBY meminta hendaknya diberikan sanksi. Pemberian sanksi itu menurut Presiden SBY agar kejadian tersebut bisa diantisipasi jika memang ada instrumen pendukung yang diperlukan.
"Jika ada instrumen yang diperlukan, mari kita adakan. Tidak sulit untuk mengetahui sebuah kelengkapan yang diperlukan untuk mencegah insiden ini tidak terjadi kembali," ujarnya.
Kerusakan tersebut membuat ATC (Air Traffic Control) terganggu, Ahad (16/12) lalu. Sehingga pengaturan pendaratan pesawat harus dilakukan secara manual. Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan kondisi ketiadaan panduan radar selama 15 menit cukup lama dan bisa membahayakan penerbangan.