REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wartawan senior Republika, Teguh Setiawan berhasil menorehkan prestasi dalam lomba pemulisan jurnalistik Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+), Kemitraan dan Yayasan Perspektif Baru (YPB).
Dalam penulisan jurnalistik ekonomi hijau tersebut, Teguh berhasil meraih juara pertama. Melalui tulisan jurnalistik bertajuk "Selesaikan Konflik, Jalankan Ekonomi Hijau", Teguh mengalahkan beberapa media cetak nasional.
Salah satu tulisannya yang lain dengan tajuk "Mengurangi Emisi, Memperbaiki Nasib Penduduk Asli" pun memasuki nominasi ajang kompetensi jurnalistik tersebut.
Alhasil, dia berhasil membawa hadiah Rp 7,5 juta rupiah dan hadiah travel grand ke Raja Ampat, Papua. Tulisan yang menghantarkan Teguh meraih prestasi tersebut mengusut permasalahan tanah warga Kalimantan yang tak diakui dalam Undang-undang Agraria. Padahal tanah tersebut telah dimiliki secara turun temurun dan menjadi hak adat.
"Konflik tanah di Kalimantan, akibat undang-undang tidak mengakui hak adat. Sehingga green ekonomi masyarakat terpuruk. Masyarakat tidak bisa berperan serta dalam green ekonomi. Dan masalah ini bukan hanya di Kalimantan, tapi hampir di seluruh nusantara. Seharusnya hak adat diakui pemerintah," kata Teguh, Kamis (29/11).
Hadir dalam pemberian anugerah jurnalistik sekaligus tim juri, Pendiri Yayasan Perspektif Baru, Wimar Witoelar, Direktur Eksekutif Kemitraan Wicaksono Sarosa, serta Senior Advisor Climate Change and Environment Governance Kemitraan Avi Mahaningtyas.
Yayasan Kemitraan atau Pembaruan Tata Pemerintahan merupakan organisasi multi stakeholder yang bekerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Kemitraan didirikan pada Maret 2000 sebagai Program Pengembangan PBB (UNDP) yang dirancang untuk membantu Indonesia mewujudkan good governance di setiap tingkat pemerintahan.