Kamis 29 Nov 2012 17:28 WIB

Keluhkan Pungli Preman, Sopir Angkot Pertanyakan Petugas

Rep: Wahyu Irfa Widodo/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Terminal Kampung Rambutan, Jakarta.
Foto: swatt-online.com
Terminal Kampung Rambutan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta – Supir angkutan kota di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, mulai mengeluhkan pungutan liar para preman. Salah satunya, Asep, supir angkutan umum M37 jurusan Kampung Rambutan-Simpangan.

Setiap hari, Asep mesti merogoh koceknya hingga Rp 5000 untuk membayar preman di Perempatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pungutan ini dimaksudkan agar para sopir bisa dibantu saat mengalami kesulitan di jalan, seperti pengurusan surat jika ditilang polisi atau kecelakaan.

“Itu (pungutan) namanya uang jalur. Tapi, kalau ditilang , sama aja, saya juga yang ngurus,” kata Asep pada Republika, Kamis (29/11).

Asep menambahkan, semua pungutan itu tidak ada pertanggungjawabannya. Semuanya masuk ke kantong preman dan pembeking yang berada di belakangnya. “Mendingan buat negara, daripada buat mereka,” ujarnya.

Jika tidak membayar, Asep mesti menghadapi resiko mobilnya dicegat dan tidak boleh melewati jalur tersebut. Tidak hanya M37, hal yang sama juga terjadi pada semua angkutan umum dengan jurusan atau trayek yang melintasi jalur tersebut, terutama angkutan umum jenis mikrolet yang berasal dari Terminal Kampung Rambutan.

Tidak hanya uang jalur, Asep juga harus membayar kepada preman lain yang mangkap di Terminal Kampung Rambutan jika ingin berhenti lama sembari menunggu penumpang, “Setiap kali ngetem biasanya dimintai Rp 2000, kalo gak dikasi ya bisa marah-marah,” katanya.

Asep pun berharap petugas yang berwenang bisa menertibkan pungutan-pungutan liar semacam ini, baik yang ada di jalur mereka ataupun di Terminal Kampung Rambutan. “Petugasnya harusnya tegas. Kalau misalnya nggak boleh, ya nggak boleh,” ujar Asep.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement