Kamis 22 Nov 2012 13:11 WIB

Soal Daging Pemerintah Didesak Gelar Operasi Kandang Feedloter

Rep: bowo pribadi/ Red: Taufik Rachman
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal yang sedang digemukkan di Rumah Potong Hewan Terpadu Bogor, Jawa Barat, Senin (18/7). Pemerintah akan membentuk konsorsium peternakan sapi untuk memudahkan distribusi jutaan daging sapi lokal sebagai dukungan terhadap
Foto: Antara
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal yang sedang digemukkan di Rumah Potong Hewan Terpadu Bogor, Jawa Barat, Senin (18/7). Pemerintah akan membentuk konsorsium peternakan sapi untuk memudahkan distribusi jutaan daging sapi lokal sebagai dukungan terhadap

REPUBLIKA.CO.ID,

UNGARAN--Petani peternak mendesak pemerintah pusat melakukan operasi kandang feedloter dalam menyikapi gejolak harga sapi. Pasalnya. gejolak harga ini terjadi saat stok sapi tidak mengalami persoaalan.

"Saatnya pemerintah pusat melakukan 'operasi kandang' feedloter," tegas peternak dari kelompok tani ternak Bangun Rejo, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Eko Dodi Pramono, Kamis, (22/11).

Menurutnya, saat ini masih ada stok di kandang feedloter sebanyak 130 ribu ekor sapi yang belum dikeluarkan. Selain itu, berdasarkan informasi yang dimiliki kelompok ternaknya ijin impor sapi yang belum direalisasikan mencapai 15 ribu ekor.

Bahkan ijin impor daging juga masih banyak yang belum direalisasikan. "Melalui langkah- langkah ini, kami berharap gonjang ganjing harga sapi yang nyaris menyeluruh ini segera berlalu," ujarnya.

Saat ini, jelas Eko, para peternak mengkhawatirkan gejolak harga sapi ini hanya sebuah permainan. Sehingga petani/peternak ikut larut membeli sapi dengan harga sesuai dengan mekanisme yang sedang berlaku.

Namun saat 'panen' nanti harga sapi justru jatuh. "Bagi kami (red; peternak) hal ini tidak sehat dan kembali petani peternak yang terkena imbasnya, sehingga lebih baik menunggu harga kembali normal untuk membeli sapi bakalan," tegas Eko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement