Jumat 02 Nov 2012 23:21 WIB

Lemhanas: Etnosentris Picu Gesekan Horizontal

Rep: Asep Wijaya/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Pluralitas (ilustrasi)
Pluralitas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Konflik horizontal kembali muncul pada paruh kedua tahun 2012. Setidaknya, dua konflik di Madura dan Lampung merupakan bukti pencederaan nilai pluaralisme dan multikulturalisme bangsa Indonesia.

Direktur Program dan Pengembangan pada Deputi Bidang Pemantapan Nilai Kebangsaan Lemhanas, Kisnu Haryo, menjelaskan, konflik horizontal terjadi lantaran ketiadaan penghargaan akan nilai kemajemukan. Situasi itu mudah dipicu karena sikap etnosentris yang berujung pada perilaku cinta akan etnis secara berlebihan.

"Sehingga sikap itu (etnosentris) memicu gesekan horizontal," ungkap Kisnu di Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal, Lembang, Bandung, Jumat (2/11).

Sikap etnosentris itu, menurut Kisnu, muncul karena keberadaan otonomi daerah. Otonomi tersebut kemudian mengentalkan semangat kedaerahan pada masyarakatnya.

Misalnya, ungkap Kisnu, seorang kepala daerah pada satu provinsi diutamakan putra daerah. Kecil kemungkinan, tutur dia, orang bersuku Batak dapat menjadi kepala daerah di wilayah Kalimantan atau sebaliknya.

"Dalam hal ini, kita sudah melupakan multikulturalisme yang seharusnya tertanam dalam diri masyarakat Indonesia," papar Kisnu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement