REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola pikir pemuda Indonesia dinilai harus diubah. Karena, zaman sudah berubah dan cara perjuangannya pun berbeda.
Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, menilai tantangan saat ini tak lain globalisasi. Era dimana semuaa orang harus pandai mengelola informasi. "Mengelola ini perlu kemampuan khusus," katanya saat menghadiri diskusi pemuda nasional bertema Implementasi Sumpah Pemuda dalam Pertarungan Globalisasi yang digelar FKPPI, Ahad (28/10).
Menurutnya, ada sejumlah tuntutan dari era globalisasi yang harus bisa dijawab pemuda Indonesia. Menurutnya, untuk bisa mewarnai dunia, Indonesia harus berhenti berpikir bagaimana menangkis kekuatan asing. Sekarang harus berpikir bagaimana mewarnai dunia.
"Mewarnai dunia itu bisa dilakukan. Bagaimana kita mengekspor minimal nilai regional yang kita punya," katanya.
Tak hanya itu, di era baru, ada prasyarat lain yang dituntut yakni meritokrasi alias apresiasi berdasar prestasi. "Era global saat ini: apa yang anda hasilkan sebagai prestasi itulah yang dinilai, bukan asal suku, anak siapa dapat apa. Sekarang, prestasi anda apa, di situ anda dapat tempat. Ini prinsip baru dunia," katanya.
Sayangnya, lanjutnya, hal itu belum dilakukan sepenuhnya di Indonesia. Menurut Anies, kalau ingin mewarnai dunia, maka pengembangan tradisi meritokrasi harus dimulai. Karena dengan prinsip itu, fokus pada pengembangan manusia Indonesia bisa tercapai.