Jumat 12 Oct 2012 16:59 WIB

Indonesia-Malaysia Sepakat Kendalikan Harga CPO

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Dewi Mardiani
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)
Foto: INHABITAT.COM
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Malaysia sepakat untuk mengendalikan harga CPO. Hingga akhir tahun, permintaan CPO diperkirakan akan menurun. Datangnya musim dingin menjadi salah satu penyebab menurunnya permintaan CPO. Minyak sawit akan membeku di musim dingin.

Selain itu, Cina sudah membeli kedelai dalam jumlah yang banyak untuk diolah sebagai minyak goreng. Substitusi minyak kedelai akan menurunkan permintaan CPO. Hasil panen kedelai di Brazil dan Argentina tidak seburuk yang diperkirakan pasar sehingga membuat harga menjadi turun.

Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, mengatakan Indonesia dan Malaysia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia akan mengelola suplai ekspor agar harga CPO bisa terangkat. Malaysia sedang dalam proses pembahasan di kabinet mengenai mekanisme pengurangan suplai ini. Kemungkinan mereka akan mengubah kebijakan mengenai Bea Keluar.

“Prinsipnya sepakat menerapkan suplai manajemen skim, artinya pasokan ekspor kita kelola dengan mekanismenya diserahkan kepada masing-masing negara,” kata Bayu.

Indonesia, kata Bayu kemungkinan akan melakukan skema yang hampir sama dengan rencana Malaysia. Malaysia akan melakukan peremajaan (replanting) 100 ribu lahan sawit atau sekitar 300 ribu ton CPO. Perusahaan besar di Indonesia juga dimungkinkan akan melakukan replanting. Bedanya, di Malaysia proses replanting dibiayai oleh negara, namun di Indonesia replanting murni dilakukan oleh pelaku usaha.

“Gapki (gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia) akan merealisasikan rencana replanting kita. Dan akan ada koreksi dari suplai,” kata dia.

Perkebunan besar yang akan melakukan replanting ini juga diarahkan agar bisa sustainable dan memenuhi ISPO. Pengurangan suplai CPO untuk ekspor juga diupayakan dengan menambah penggunaan CPO di dalam negeri untuk bahan bakar. PLN sedang dilobi untuk lebih banyak menggunakan CPO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement