REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI, Marwan Ja'far menilai pendidikan model pesantren bisa mencegah tawuran.
Karenanya, ia meminta keseriusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan mengadakan revisi pendidikan dari sisi regulasi. Bukan lagi berpatokan pada jumlah jam mata pelajaran tersampaikan, imbuh Marwan.
Namun, menanamkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, serta berperilaku selayaknya insan berbudi serta berakal sehat. (baca: Pendidikan Imtak Dinilai Mampu Bendung Tawuran).
"Arah pendidikan penting karena untuk menentukan character and nation building itu harus bicara serius tentang substansi pendidikan, bukan pengajaran. Pendidikan di pesantren bisa menjadi rujukan," tegas Marwan di Jakarta, Jumta (12/10).
Selain mengkritisi generasi muda sebagai peserta didik, obyek perbaikan regulasi pendidikan di mata Marwan adalah sumber daya manusia pendidiknya atau para guru. "Semua SDM serta sarana pendukung pendidikan, perlu direvitalisasi dan diperbaharui," sebut Ketua Dewan Pembina Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba) ini.
Kasus tawuran antarpelajar kembali terjadi Jumat (12/10) dini hari tadi di Pancoran, Jakarta Selatan, yang melibatkan siswa SMK Negeri 29, Kebayoran Baru, Jaksel, dan SMK Bakti Cawang, Jakarta Timur. Hingga pukul 01.30 WIB, sudah lima pelajar --yang diduga terlibat tawuran-- digiring ke Markas Polres Metro Jakarta Selatan.