REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian sedang menyelidiki keterkaitan pelaku ledakan di Poso pada Selasa (9/10) malam di rumah seorang pegawai Dinas PU dengan kelompok M. Thorik dan Badri Hartono.
"Tim kita terus mengejar beberapa DPO, terutama terkait Thorik dan Badri. Kami masih melihat dugaan keterkaitan pelaku kemarin," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar kepada pers di Jakarta, Rabu (10/10).
Saat ini Polri masih dalam proses olah TKP untuk menyelidiki ledakan yang terjadi sekitar pukul 20.15 WIB di rumah pegawai Dinas PU, Selasa malam, yang bernama Okri Mamuaya, di Kelurahan Kawua, Poso Kota Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Pelaku ledakan sementara ini teridentifikasi berjumlah dua orang yang pada saat aksinya menggunakan sepeda motor.
Ledakan yang diduga berasal dari bom rakitan itu mengakibatkan kaca rumah hancur serta kerusakan pada sebuah mini bus yang terparkir di sekitar rumah. Namun tidak ada korban jiwa pada peristiwa itu, kata Boy.
Pada Senin (8/10) Densus 88 menangkap Imron di Palu yang menjadi fasilitator pelatihan militer di Poso dan juga berperan dalam aksi teror di Solo, yakni kelompok M. Thariq. Boy juga mengatakan aksi teror semalam diduga berkaitan dengan pelatihan militer di Poso yang difasilitasi Thorik.
"Imron itu merupakan tokoh penting. Jadi Imron yang ditangkap kemarin merupakan orang penyambung dengan kelompok yang kemarin ditangkap di solo, yang fasilitasi pelatihan di Poso," ujar Boy.
Selain itu, Boy mengatakan Imron juga terlibat dalam aksi kelompok Santoso yang menjadi DPO dan diduga sebagai dalang aksi teror di Palu pada 2005.