REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH -- Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengatakan Aceh berjuang bukan untuk merdeka atau memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Aceh berjuang bukan untuk merdeka, tapi menuntut kejujuran dan keikhlasan dari pemerintah pusat terhadap Aceh, " katanya di Meulaboh, Ahad (8/10) malam.
Di hadapan tokoh masyarakat, adat, alim ulama, dan Muspida Aceh Barat, gubernur Zaini Abdullah mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk menjaga dan merawat perdamaian yang telah terjalin selama ini.
Menurut dia, perdamaian sebagai isyarat berakhirnya konflik bersenjata yang terjadi puluhan tahun di Aceh harus dipertahankan, sehingga terwujud kesejahteraan dan kemakmuran bersama di provinsi ini.
"Perdamaian Aceh di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla ketika itu, sudah sepakat Aceh tetap dalam bingkai NKRI," kata gubernur.
Yang penting sekarang, kata dia, menjaga perdamaian, meski beberapa waktu lalu hampir terjadi kericuhan sesama yang dikhawatirkan dapat merusak perdamaian tersebut.
Di pihak lain, gubernur menyatakan Aceh Berat khususnya merupakan salah satu daerah yang menyimpan cukup banyak potensi seperti sektor perkebunan, kehutanan dan pariwisata.
"Saya melihat potensi ini akan mampu mendongkrak pendapatan daerah terutama sektor pariwisata jika memang dikelola secara baik dengan memperhatikan pelestarian alam," kata gubernur Aceh.
"Indahnya panorama alam Aceh dari Aceh Besar hingga ke Aceh Barat ini. Itu semua menjadi aset bagi kita untuk modal pembangunan dimasa mendatang dan kelestarian alam itu harus dijaga," kata dia menambahkan.
Untuk sektor pendidikan Aceh Barat, gubernur berjanji akan terus ditingkatkan dimasa mendatang. Khusus upaya penegerian Universitas Teuku Umar, Insya Allah dalam waktu dekat akan menjadi universitas negeri, kata gubernur Zaini Abdullah.