REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Ratusan anggota Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Barat terancam kehilangan rumah dan tempat usahanya akibat terjerat utang kepada tengkulak kedelai.
“Ini akibat harga kedelai yang terus naik,” ujar Suharto, ketua Kopti Jakarta Barat kepada wartawan. “Kami akan berunjuk rasa ke DPR.”
Sebagian besar dari 800 anggota Kopti Jakarta Barat berutang kedelai antara Rp 50 juta sampai Rp 60 juta per orang. Jaminannya adalah rumah, yang juga menjadi tempat produksi, yang ditempati pengrajin. Nilai setiap rumah ditaksir antara Rp 200 juta sampai Rp 250 juta.
“Ketika harga kedelai naik, pengrajin kesulitan menambah modal produksi dan harus berutang kedelai,” ujar Suharto. “Utang terus membesar, sampai akhirnya tengkulak menagih.”
Kopti Jakarta Barat tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi kesulitan keuangan anggotanya. Sementara itu harga kedelai terus melambung, dan pemerintah gagal memenuhi janji mengalihkan tata niaga kedelai ke Bulog.
Bahkan tim pengkajian peran Bulog dalam menstabilkan harga pangan, yang dibentuk melalui SK Menteri Perekonomian, justru menakuti pengrajin tahu-tempe. Bahwa, harga kedelai diprediksi akan mencapai Rp 12 ribu pada akhir 2012. “Kami semakin bingung,” demikian Suharto.
Suharto mengatakan pengrajin tahu-tempe dari 18 propinsi; DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakart, Jawa Timur, Bai, NBB, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau Kepulauan, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, akan menggelar aksi demo di depan gedung DPR pertengahan bulan ini.
“Kami sedang mempersiapkan keperluan untuk demo. Salah satunya membuat spanduk,” lanjut Suharto.
DKI Jakarta memiliki 4.800 pengrajin tahu-tempe yang tergabung ke dalam Kopti. Setiap tahun, pengrajin membutuhkan 166.540 ton kedelai.