REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemenang pemilu Gubernur DKI memang belum diumumkan, namun penetepan resmi Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI Jakarta tinggal menunggu waktu. Hasil hitung cepat (quick count) lembaga-lembaga survei menyatakan Jokowi unggul suara atas Fauzi Bowo (Foke). Pun, belum ada pihak yang meragukan hasil hitung cepat itu. Bahkan Foke pun kabarnya telah mengucapkan selamat ke Jokowi.
Saat kepercayaan publik terhadap partai politik melemah, kemenangan Jokowi dipercaya bisa dijadikan manifestasi untuk mendongkrak popularitas partai politik pengusung di 2014. Sikap saling klaim siapa pihak paling berjasa dalam kesuksesan Jokowi pun mulai dilakukan dua partai yang sejak awak mendukung pencalonan Jokowi, PDI Perjuangan dan Gerindra.
"King maker kemenangan Jokowi adalah Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarno Putri," kata Ketua Dewan Kehormatan PDI Perjuangan, Sidarto Danusubroto kepada Republika, di Jakarta, Selasa (25/9).
Alasan Sidarto, jauh sebelum nama Jokowi muncul dalam bursa kandidat calon Gubernur DKI Jakarta, Megawati sudah memilih Wali kota Solo itu. Pilihan Megawati berangkat dari dorongan kuat pengurus PDI Perjuangan se-Jakarta yang menolak rencana partai mengusung Fauzi Bowo. "Mereka mengancam akan Golput jika partai mendukung Foke," kisah Sidarto.
Sadar soliditas kader Jakarta perlu dijaga Megawati akhirnya meminta Jokowi maju di Pilkada DKI Jakarta. Pertimbangan lain Megawati, kata Sidarto, adalah keberhasilan Jokowi selama memimpin Solo. Jokowi dianggap pemimpin yang mampu menerjemahkan ajaran Bung Karno dalam bentuk-bentuk konkret.
Demi memenangkan Jokowi, Sidarto mengklaim, sebanyak 27 pimpinan DPP turun langsung hingga ke kecamatan. Menggerakan mesin partai di akar rumput, ujarnya, membutuhkan biaya. Untuk urusan satu ini Sidarto mengaku para pemimpin teras PDI Perjuangan mesti merogoh kocek sendiri. Terserah orang mau mengklaim apa saja. Yang pasti kemenangan ini akan meningkatkan popularitas ketua umum kami (Megawati)," kata Sidarto.
Tak mau kehilangan momentum Partai Gerindra juga mengaku banyak berkorban untuk kemenangan Jokowi. Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi menyebut Prabowo sebagai sosok yang berperan besar di balik kemenangan Jokowi-Ahok. Prabowo misalnya kerap tampil di media untuk mengampanyekan figur Jokowi. Tentu saja ini memakan biaya politik yang besar. "Prabowo berkali-kali tampil di media dan bahkan sampai dipanggil Panwaslu," ujar Suhardi.
Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai klaim jasa yang dilancarkan kedua partai sebagai hal wajar. Namun begitu Yunarto menilai klaim-klain itu tidak akan memberi dampak berarti pada peningkatan elektoral kedua partai di 2014. "Ini hanya komestik politik yang tidak memberi arti apa-apa," kata Yunarto.
Menurut Yunarto kemenangan Jokowi-Ahok lebih disebabkan faktor figur. Dengan kata lain peran partai politik tidak terlalu signifikan. Di sisi lain, lansekap politik Jakarta juga tidak bisa disamakan dengan politik Indonesia keseluruhan. "6,9 juta pemilih di Jakarta tidak bisa mewakili 172 juta pemilih Indonesia," ujarnya.