REPUBLIKA.CO.ID,CILACAP--Nelayan di Cilacap, Jawa Tengah, mengeluhkan ubur-ubur yang menghilang di perairan selatan Jateng dalam beberapa hari terakhir akibat gelombang tinggi.
"Ubur-ubur mulai bermunculan sejak awal pekan lalu, namun dalam beberapa hari terakhir menghilang di perairan selatan Jateng akibat adanya gelombang tinggi yang datang secara tiba-tiba. Padahal harga ubur-ubur saat ini mulai membaik," kata seorang nelayan setempat, Sodikin, di Cilacap, Senin.
Ia mengaku, pada awal pekan lalu mampu menangkap ubur-ubur sebanyak 3-6 ton per hari, namun dalam dua hari terakhir hanya satu ton.
Menurut dia, harga ubur-ubur saat ini telah mencapai Rp 1.000 per kilogram atau naik Rp300 dari awal pekan lalu yang sebesar Rp 700.
"Oleh karena itu, kami hanya bisa 'gigit jari' karena ubur-ubur menghilang begitu saja. Padahal biasanya, puncak musim ubur-ubur akan berlangsung pada November dan saat ini masih awal musim," katanya.
Seorang pengepul ubur-ubur, Yanti, mengatakan, pada awal kemunculan ubur-ubur pekan lalu mampu menampung 50-60 ton per hari.
Akan tetapi, katanya, selama beberapa hari terakhir setoran dari nelayan hanya berkisar 10-20 ton per hari.
"Padahal eksportir ubur-ubur mulai berdatangan untuk membeli hasil panen nelayan ini. Namun karena setoran dari nelayan merosot drastis, mereka menunda transaksi," katanya.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Koperasi Unit Desa Mino Saroyo Cilacap Untung Jayanto mengatakan, ekspor ubur-ubur ditangani langsung oleh perusahaan pengimpor yang memiliki perwakilan di Cilacap.
"Perusahaan tersebut memiliki perwakilan di Cilacap sehingga langsung membeli ubur-ubur dari nelayan untuk diolah menjadi bahan kosmetika di negara pengimpor. Di Indonesia belum ada industri yang mau menyerap ubur-ubur sehingga semuanya dijual ke luar negeri," katanya.
Ia mengatakan, di Cilacap ada empat perusahaan yang menampung ubur-ubur hasil tangkapan nelayan dengan kapasitas hingga ratusan ton.