REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pembuat dan pengedar video ancaman kerusuhan Pilkada DKI Jakarta untuk menyerang etnis tertentu dianggap pengkhianat bangsa. Opini itu disampaikan pengamat politik Universitas Indonesia Andrinof Chaniago.
"Pesan yang disampaikan video ancaman tersebut jelas bersifat teror," kata Andrinof Chaniago di Jakarta, Kamis (23/8). Pengedaran video ancaman tersebut merupakan permasalahan yang sangat serius karena dapat menimbulkan perpecahan hubungan antarsuku dan golongan, kata dia.
Selain itu, menurut dia dampak lain dari tayangan video kekerasan di dunia maya tersebut dapat melumpuhkan perekonomian nasional. Modal dari investor asing tidak berani masuk ke Indonesia karena takut dengan dampak yang harus dihadapi dari kondisi Indonesia sehingga mengakibatkan perekonomian Indonesia dapat mengalami krisis kembali, kata dia.
Sementara itu, etnis tertentu yang diserang dalam video tersebut juga akan mencari keamanan dengan pergi keluar negeri dengan membawa modal yang mereka tanam di bank dan pasar modal. Akibat itu juga dapat berdampak buruk pada kondisi ekonomi Indonesia.
Dia berharap pemerintah dalam hal ini presiden harus berbicara sebagai kepala negara untuk melarang peredaran video tersebut karena dapat mencederai kehidupan berdemokrasi di Indonesia.
Menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran dua 20 September 2012 yang diikuti dua pasangan calon gubernur, yakni Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo- Basuki Tjahaja Purnama, kembali muncul isu suku, agama, ras, dan antargolongan (sara) dengan beredarnya video ancaman kerusuhan Pilkada DKI Jakarta.
Video ancaman agar warga dari etnis tertentu tidak menggunakan suaranya pada Pilkada DKI Jakarta putaran dua tersebut diunggah pada 12 Agustus 2012 dengan lama durasi dua menit.