REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama tiga dasawarsa terakhir bencana di dunia meningkat sekitar 350 persen. Bahkan tren bencana akibat siklon tropis mengalami peningkatan 878 persen selama tahun 1950-2010. Menurut rilis Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, bencana tersebut berpengaruh terhadap ekonomi pembangunan.
"Skala yang besar, misal banjir di Thailand pada akhir 2011. Dampaknya 754 orang meninggal, 10 juta orang menderita dan kerugian mencapai 45 miliar dolar AS. Ekonomi Thailand merosot 2,4 persen," katanya.
Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150-200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat celsius. Energinya akan melemah saat mendekati daratan atau laut yang dingin. Rata-rata masa hidup suatu siklon tropis antara 3-18 hari.
Sekitar dua per tiga kejadian siklon tropis terjadi di belahan bumi bagian utara. Sekitar 65 persen siklon tropis terbentuk di daerah antara 10°-20° dari ekuator. Sangat jarang terbentuk di daerah lintang 0°-10°.
Berdasarkan data selama 42 tahun terakhir, kejadian siklon tropis di wilayah yang dekat dengan Indonesia, di Selatan terjadi pada Februari (23 persen), Maret (22 persen), Januari (21 persen), Desember (14 persen) dan April (11 persen). Sedangkan berdasarkan data 56 tahun kejadian siklon tropis di utara terbanyak pada Agustus (20 persen), September (18 persen), Juli (15 persen), dan Oktober (15 persen).
Di bulan Agustus, dengan rata-rata kejadian sebanyak 5,2 kali siklon tropis per tahun, kondisi ekstrem maksimum pernah terjadi pada tahun 1960 (13 kali kejadian siklon tropis dalam sebulan). Pada bulan Agustus yang merupakan bulan paling sibuk bagi pertumbuhan siklon tropis di wilayah ini, dari 323 kejadian terdapat 107 kejadian yang berkembang menjadi badai tropis dan 81 diantaranya berkembang lebih jauh menjadi hurricane.