REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL - Sebagian kalangan perajin kayu rumahan di Krebet, Desa Sendangsari, Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kesulitan untuk menembus pasar ekspor.
"Kalau konsumen kerajinan saya dari luar daerah memang ada, namun untuk ekspor belum, saya tidak tahu teknisnya," kata perajin kayu di Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Riyadi, Ahad (29/7).
Menurut dia, usaha yang berdiri sejak enam tahun lalu saat ini produksinya belum sampai ekspor ke luar negeri, melainkan hanya pengiriman ke berbagai daerah di dalam negeri, di antaranya Bali, Jakarta dan Yogyakarta.
"Selain kurang mengerti teknisnya, juga selama ini belum promosi melalui internet, ya hanya mengandalkan transaksi langsung dan sebagian pesanan dari konsumen dari luar Bantul," katanya.
Ia juga mengatakan, produksi kerajinan selama ini juga disesuaikan dengan pesanan, kalau permintaan sedikit hanya produksi sedikit, namun kalau permintaan besar terkadang tidak dapat memenuhi.
Hal itu, kata dia, dikarenakan persediaan bahan baku kayu terkadang mengalami kendala, karena harus mendatangkan dari luar daerah di antaranya Muntilan dan Magelang (Jawa Tengah).
"Bahan baku memang ada yang didatangkan dari Kabupaten Bantul, namun hanya sekitar 20 hingga 30 persen saja selebihnya dari luar daerah, sehingga harus mengeluarkan biaya tambahan," katanya.
Ia mengatakan, barang kerajinan kayu batik yang diproduksi di antaranya topeng kayu, wayang klitik, gantungan kunci, asbak, tempat pensil dan pernak-pernik atau asesoris lainnya.
Seorang perajin kayu di Krebet lainnya, Muhadi mengatakan usaha selama ini masih sebatas sebagai penyedia (suplier) barang, sedangkan untuk pemasaran dan label dagangnya menjadi milik para pemodal.
"Saya dan teman-teman lainnya masih sebatas mengerjakan bahan mentahnya saja, untuk finishing hingga pemasaran dan merek sudah menjadi urusan pemodal yang mengambil barang saya," katanya.
Ia mengatakan, usaha miliknya memproduksi berbagai kerajinan kayu diantaranya rehal (alat penyangga Alquran), batik kayu, dakon, kepala naga dan permainan dari kayu lainnya.
"Untuk bahan baku juga mengalami kendala, karena sebagian bahan baku harus didatangkan dari luar Bantul seperti Muntilan, sehingga terkadang harus menambah biaya," katanya.
sumber : Antara