REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tokoh tampak mengunjungi kamar jenazah di basement RS Metropolitan Medical Center, Kuningan, Jakarta, Selasa (10/7). Mereka menyampaikan rasa belasungkawa atas meninggalnya salah satu pendiri Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) sekaligus Mantan Menteri Perhubungan 1993-1998 Haryanto Dhanutirto.
Situasi kamar jenazah saat ini dipenuhi kerabat, rekan-rekan dari Institut Teknologi Bandung, rekan dari Universitas Al Kamal, staf Kementerian Perhubungan dan sejumlah tokoh.
Jimly Assidiqie mengatakan Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Jimly mengingat Haryanto sebagai seseorang yang sangat aktif di dunia politik, akademik dan organisasi kemasyarakatan. "Atas pengabdiannya tersebut, ia dianugrahi Bintang Mahaputra Adipradana," ujarnya.
Ia mendengar kabar kematian Haryanto sekitar pukul 17.00 WIB dan langsung menuju rumah sakit. Selain menyampaikan duka cita, ia juga berpesan agar Tuhan menerima amal ibadah salah satu pimpinan DPP Golkar tersebut dan meminta dibukakan pintu maaf atas segala kesalahannya.
Ginanjar Kartasasmita mengatakan tokoh Haryanto patut menjadi teladan bagi generasi muda. "Ia orang yang ikut membesarkan ICMI. Saya kenal dia sebagai aktivis dan birokrat yang baik," ujarnya.
Ginanjar adalah rekan satu almamater Haryanto di ITB. Ia mengingat Haryanto saat bersama-sama mengatasi krisis 1998 sebagai Menteri Perhubungan. Saat itu Ginanjar menjabat sebagai Ketua Bappenas.
Kakak ipar Haryanto, Sunarto, mengatakan adik iparnya tersebut adalah seorang pekerja keras. "Meskipun tidak enak badan, kalau bisa bangun dari tempat tidur, dia akan tetap berangkat beraktivitas," katanya. Ia menambahkan pria kelahiran 14 Agustus 1939 tersebut adalah orang yang mudah bergaul.